IAKMI: Vaksin Sudah 200 Tahun Dipakai untuk Cegah Penyakit

Masyarakat diharapkan bersabar menunggu selesainya uji klinis vaksin Covid-19.

ASPRILLA DWI ADHA/ANTARA
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin Rubella kepada seorang siswa di SDN Pangkalan Jati 2, Depok, Jawa Barat, Kamis (26/11/2020). Dinas Kesehatan Kota Depok mulai melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dengan memberikan vaksin Rubella dan Difteri Tetanus guna meningkatkan kesehatan serta mencegah berbagai penyakit.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI_ Dr Ede Surya Darmawan SKM, MDM menyebutkan bahwa vaksin telah terbukti secara klinis sejak 200 tahun silam ampuh mencegah berbagai penyakit. Vaksin merupakan salah satu upaya protektif yang spesifik terhadap penyakit tertentu.

"Ini merupakan salah satu metode kesehatan masyarakat yang sudah berlangsung kurang lebih sekitar 200 tahun, artinya sudah jelas efikasinya," kata Ede dalam keterangannya di acara diskusi mengenai vaksin yang disiarkan secara daring di kanal Youtube Forum Merdeka Barat 9, dipantau di Jakarta, Kamis.

Baca Juga



Ede menjelaskan bahwa keefektifan atau manfaat vaksin telah terbukti mencegah virus dan bakteri untuk menyerang tubuh manusia dan membuatnya sakit. Ede juga menerangkan bahwa pemerintah Indonesia juga sudah lama menjalankan program imunisasi dasar lengkap untuk bayi dan anak guna melindunginya dari penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin.

Ede berharap masyarakat juga memandang program vaksinasi Covid-19 seperti halnya program imunisasi dasar pada bayi dan anak yang wajib dilakukan guna mengurangi risiko jatuh sakit terhadap penyakit tertentu. Hingga saat ini PT Bio Farma bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran Bandung masih menyelesaikan uji klinis Tahap III untuk vaksin Sinovac asal China yang akan digunakan di Indonesia.

Ede menyebut, masyarakat harus bersabar menunggu penyelesaian uji klinis dan evaluasi terhadap vaksin tersebut.

"Yang diimuniasi vaksin Covid-19 yang diharapkannya juga seperti itu. Karena masih dalam tahap perkembangan, beberapa vaksin itu harus diamati dan dipantau dengan sebaik-baiknya sehingga tidak menghasilkan dampak ikutan setelah imunisasi," kata Ede.

Dia juga menyampaikan bahwa vaksinasi lebih banyak memberikan keuntungan dibandingkan kerugian yang ditimbulkan setelah vaksinasi. Menurut Ede, efek samping dari imunisasi paling banyak ialah demam pascaimunisasi atau menimbulkan ruam. Namun, setelahnya orang tersebut memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik dari sebelumnya terhadap suatu penyakit.

Ede juga mengingatkan, meskipun sudah ada vaksin yang siap digunakan di Indonesia, masyarakat tetap wajib menjalankan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan penularan virus corona. Dia menyerukan masyarakat untuk tetap menerapkan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan pakai sabun.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler