Alasan Mengapa Umat Islam Terpaut ke Tanah Suci
IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Umat Islam di seluruh dunia selalu ingin kembali (rindu) ke Tanah Suci untuk melakukan ibadah haji dan umrah. Kerinduan hal ini merupakan hasil doa Nabi Ibrahim yang diabadikan Allah dalam Alquran surah Ibrahim ayat 37. "Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka."
Abu Thalhah Muhammad Yunus Abdussttar dalam kitabnya "Kaifa Tastafidumi min al-Haramain asy-Syarifain Ayyuha az-Zair wa al-Muqim Ahwal an-Nabi fi al-Hajj" mengatakan, ada yang berpendapat, penyebab adanya kerinduan adalah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam surah Ibrahim ayat 37 di atas.
Abu Talhah mengatakan, ada selompok ahli tafsir berkata, maksudnya adalah hati menjadi condong rindu dan terfokus pada mereka. Jika dikatakan hati manusia, maka niscaya orang-orang dari bangsa Persia Romawi, Turki India, Yahudi Nasrani dan Majusi, akan berdesak berdesakan untuk mendatangi Baitullah.
"Akan tetapi, yang dikatakan adalah hati sebagai manusia, yaitu kaum muslimin," katanya.
Hal ini dikatakan oleh Ibnu Abbas, mereka diungkapkan dengan kata hati sebagai isyarat perilaku ikhlas mereka, dan kebenaran yang mereka cari. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat al-Qashas ayat 57 yang artinya.
"Dan buah-buahan dari segala macam (tumbuhan tumbuhan) di datangkanke tempat itu untuk menjadi rezeki bagimu dari sisi Kami."
Dalam kitab Anwar al-Hujjaj, Al-Hurawi menyebutkan, "Kerinduan yang tulus akan ganjaran pahala dan ridha Allah adalah dengan cara memperhatikan ayat-ayat-Nya. Allah menjadikan Baitullah sebagian tempat menambang pahala bagi seluruh alam semesta, tempat yang aman bagi orang-orang yang takut, dan sebagai tempat berlindung bagi orang-orang yang memohon perlindungan.
Allah telah memerintahkan kepada Ibrahim untuk mensucikan Baitullah bagi orang-orang ahli ibadah dan Arif. Allah memuliakan Baitullah dengan cara menyandingkan-Nya dengan diri-Nya. Allah berfirman dalam surah Al Hajj ayat 26 yang artinya.
"Dan sucikanlah rumahku ini bagi orang-orang yang tawaf dan orang-orang yang beribadah, dan orang-orang yang ruku dan sujud."
Abu Talhah mengatakan, disandingkan Ka'bah dengan Allah ini sudah cukup menjadi bukti kemuliaan dan kebanggaannya, kagungan dan penghargaan tersendiri dibandingkan dengan seluruh tempat-tempat lainnya di muka bumi ini. Kewajiban bagi orang yang hendak mengetuk pintu kerajaan Allah membuka pintu rezeki agar memperoleh apa yang diminta, memperoleh kedudukan, dan diberikan kemudahan mendapatkan pangkat tertentu, hendaknya mampu mengemban segala macam kesulitan dan berakhlak dengan akhlak terbaik.
Caranya adalah dengan terus menghadapkan diri kepada Allah baik dalam setiap gerakannya ataupun ketika dalam keadaan diam. Selain itu, dia juga memurnikan diri dari sikap ketergantungan kepada makhluk, baik secara zahir maupun batin.
"Setiap kali melakukan perbuatan maksiat berusaha untuk memperbaharui taubat dan berusaha terus kembali kepadanya," katanya.
Karena, dengan makrifat yang benar kemaksiatan tidak akan terjadi. Dia akan berada di antara rasa takut dan berharap akan rahmat Allah dalam setiap keadaan. Janganlah berputus asa dari rahmat dan kemuliaan-Nya. Janganlah merasa tenang dengan kemurkaan-Nya karena merasa yakin akan sikap lembut Allah.
"Seseorang itu tidak boleh ditipu oleh ilmu dan amalnya. Dia harus selalu berusaha memperoleh kedermawanan dan kebaikan dari Tuhannya," katanya.