Cendikiawan Muslim Raih Penghargaan Fisika Dunia

Cendekiawan Muslim menerima penghargaan Physics World 2020 Breakthrough of the Year

About Islam
Cendikiawan muslim Elham Fadaly, seorang kandidat PhD di jurusan Fisika Terapan, menerima penghargaan tersebut bersama Alain Dijkstra dan Erik Bakkers
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, EINDHOVEN -- Seorang cendekiawan Muslim dan timnya telah menerima penghargaan Physics World 2020 Breakthrough of the Year di Eindhoven University of Technology di Belanda. Kemenangan ini karena mereka menciptakan bahan berbasis silikon dengan celah pita langsung yang memancarkan cahaya pada panjang gelombang yang digunakan untuk telekomunikasi optik.

Tim ini terdiri dari Elham Fadaly, seorang kandidat PhD di jurusan Fisika Terapan, menerima penghargaan tersebut bersama Alain Dijkstra dan Erik Bakkers. Penemuan mereka merupakan hasil kerjasama dengan Jens Renè Suckert dari Friedrich-Schiller-Universität Jena di Jerman, serta tim kolaborator internasional.

Menurut Physics World, selain memiliki aplikasi di telekomunikasi optik dan komputasi optik, bahan berbasis silikon baru dapat digunakan untuk membuat sensor kimia.

“Perangkat silikon menggerakkan masyarakat berbasis informasi kami, tetapi celah pita tidak langsung material (properti inheren dari struktur atom, yang mencegahnya memancarkan cahaya) telah menahannya ketika berhubungan dengan telekomunikasi dan aplikasi optik mutakhir lainnya,” kata anggota juri dan editor Fisika Dunia Hamish Johnston dilansir dari About Islam, Ahad (20/12).

“Dengan membuat bahan berbasis silikon yang memancarkan cahaya pada panjang gelombang telekomunikasi, tim Bakkers telah membuka pintu ke dunia aplikasi baru untuk perangkat silicon,”tambahnya.

Physics World adalah publikasi dari UK Institute of Physics. Setiap tahun mereka mengumumkan penemuan fisika baru sebagai “Breakthrough of the Year” atau penemuan terobosan tahun ini.



Siapa Elham Fadaly?


Elham lahir dan besar di Mesir. Dia belajar Teknik Elektronika di American University di Kairo di Mesir. Selama satu semester di luar negeri di tengah program sarjana di Amerika Serikat di Universitas Drexel, dia menjadi terpesona oleh nanoteknologi dan betapa transformatif aplikasinya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mengejar hasratnya ke dunia keajaiban yang sangat kecil dan tersembunyi ini dengan mempelajari gelar master dalam nanosains dan nanoteknologi, dengan spesialisasi dalam nano-elektronik di Katholieke Universiteit di Leuven di Belgia dan Universitas Teknologi Chalmers di Swedia.

Setelah studinya, ia memulai gelar PhD dalam Fisika Terapan di Universitas Teknologi Eindhoven di Belanda. Penelitian doktoralnya difokuskan pada fabrikasi bahan nano untuk aplikasi cahaya dan memeriksa sifat optik dan elektroniknya.

Penghargaan tersebut bukanlah yang pertama bagi Fadaly, karena ia juga telah menerima penghargaan Teknologi Terbaik 2020 dari majalah teknologi Kijk.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler