Ribut-Ribut Tukang Insinyur Jadi Menkes, Bukan Dokter

Budi Gunadi Sadikin (BGS) ditunjuk Presiden Joko Widodo menjabat menteri kesehatan.

Antara/BPMI Setpres/Muchlis Jr
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengikuti upacara pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/12/2020). Presiden melantik enam menteri untuk menggantikan posisi menteri lama (reshuffle) dan lima wakil menteri, diantaranya Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial, Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama, Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan, Sandiaga Salahudin Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta M Lutfi sebagai Menteri Perdagangan.
Red: Elba Damhuri

REPUBLIKA.CO.ID --- Oleh Joko Sadewo/Intan Pratiwi/Elba Damhuri

Baca Juga


Budi Gunadi Sadikin (BGS) ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjabat sebagai Menteri Kesehatan menggantikan Terawan Agus Putranto. Pemilihan BGS sebagai Menkes cukup mengejutkan publik dan sempat menimbulkan pro kontra: bagaimana seorang tukang insinyur dan bankir tiba-tiba menjadi menteri kesehatan.

Ekonom Indef Dradjad Wibowo mengatakan di banyak negara seorang menteri kesehatan tak harus berlatar pendidikan kesehatan atau medis. Hal ini disampaikan Dradjad menanggapi banyaknya pertanyaan terkait pengangkatan Budi Sadikin sebagai Menkes, padahal dia bukan dokter tapi lulusan  ITB.

"Di banyak negara, sudah biasa jika menteri memegang portfolio yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Karena itu saya tidak mempermasalahkan Insinyur menjadi menkes,” kata Dradjad, Selasa (22/12).

Budi Sadikin, menurut Dradjad, adalah pekerja profesional yang seorang “doer”. Maksudnya, seorang yang jika ditugaskan sesuatu, maka tugas itu akan dia bereskan sampai berhasil. 

"Kinerjanya sebagai bankir sangat bagus. Dia punya akses luar biasa ke sumber pembiayaan korporasi,” ungkap Dradjad. 

Vaksinasi dan upaya mengatasi pandemi adalah salah satu tantangan terberat kita di 2021. Vaksinasi perlu biaya besar. 

"Selain itu, BPJS Kesehatan masih terancam defisit. Jadi saya melihat memang salah satu tugas dia adalah membereskan pembiayaan kesehatan, sehingga masalah-masalah di atas teratasi,” kata Dradjad yang juga politikus senior PAN. 

Karena itu, lanjut Dradjad, silakan Budi Sadikin merancang kebijakan terbaik bidang kesehatan. "Kita yang di luar pemerintahan akan menjadi mitra yang kritis mengoreksi hal-hal yang perlu diperbaiki,” kata Ketua Dewan Pakar PAN tersebut.

Ekonom Enny Sri Hartarti menilai pergantian Menteri Kesehatan merupakan hal yang penting dan paling ditunggu.  Masyarakat pun berharap Presiden bisa menunjuk sosok baru yang kemudian bisa membawa perubahan di tubuh Kementerian Kesehatan.

"Tentu keputusan ini cukup mengecewakan," ujar Enny, Selasa (22/12).

Enny menilai posisi Menteri mestinya diisi oleh sosok yang punya track record dan kapabilitas di bidangnya. Sosok Budi Gunadi Sadikin dinilai tidak punya latar belakang kesehatan. Selain itu, Budi juga bukanlah orang yang punya prestasi di bidang kesehatan.

"Di tengah pandemi seperti saat ini, masyarakat butuh sosok profesional di bidangnya. Track record profesional seseorang kan kemudian dilihat dari latar belakang juga pengalaman di bidang tersebut. Nah, mungkin Pak BGS bahkan selama ini tidak pernah terlibat di sektor kesehatan," ujar Enny.

Enny menilai jika tidak dalam kondisi pandemi seperti saat ini mungkin saja penunjukan BGS dinilai wajar. Hanya saja, saat ini adalah kondisi pandemi masyarakat butuh pemimpin melawan Covid-19 yang punya kemampuan profesionalitas.

 

Di sejumlah negara ternyata menjadi menteri kesehatan tak melulu harus berlatar belakang dokter. Enam negara di bawah ini punya menteri kesehatan yang bukan berasal dari profesi dokter.

Pertama, Belanda. Negara ini cukup mampu untuk mengendalikan penularan Covid-19. 

Namun Belanda punya menteri kesehatan yang bukan berlatar belakang dokter. Hugo Mattheus de Jonge merupakan seorang yang punya latar belakang pendidikan. Hugo Mattheus bahkan sempat menjadi seorang guru SD.

Kedua, Singapura. Singapura juga memiliki track record pengendalian Covid-19 yang cukup baik. 

Kementerian Kesehatan Singapura dinakhodai seorang dengan latar belakang Teknik Elektro. Gan Kim Young bahkan sebelum menjabat sebagai menteri kesehatan, lebih dulu mengurusi perihal tenaga kerja di Singapura. Ia menjabat sebagai menteri kesehatan sejak 2011.

 

Ketiga, Selandia Baru. Menteri Kesehatan Selandia Baru adalah Andrew James Little. Andrew merupakan orang dengan latar belakang hukum dan filsafat. Dia bahkan sempat menjadi menteri kehakiman dan juga menteri biro keamanan komunikasi pemerintah. Andrew juga seorang mantan intelijen.

Keempat, Kanada. Patty Hajdu merupakan seorang dengan latar belakag bidang administrasi publik. Sebagai Menteri Kesehatan, Hajdu mengawasi Departemen Kesehatan Kanada dan Badan Kesehatan Masyarakat Kanada, badan-badan utama yang mengoordinasikan tanggapan pemerintah Kanada terhadap pandemi Covid-19 di Kanada.

Kelima, Arab Saudi. Tawfig Al-Rabiah merupakan sosok dengan latar belakang bisnis. Ia lulusan sekolah bisnis The King Saud University. Sebelum menjadi menteri kesehatan, Tawfig merupakan menteri perdagangan Arab Saudi.

Keenam, Jerman. Menteri kesehatan Jerman merupakan lulusan ilmu politik dan hukum di Universitas Hagen. Sebelum diangkat jadi menkes pada 2018, ia menjabat sebagai sekretaris parlemen negara untuk keuangan.

 

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Moh Faisal menilai ada tiga hal penting yang harus segera dijawab oleh Budi sebagai Menkes. Meski bukan berlatar belakang praktisi kesehatan, ini malah menjadi tanggung jawab besar Budi untuk membuktikan kepada masyarakat kalau dia punya kapabilitas untuk mengatasi persoalan di tengah pandemi.

"Memang Pak Budi bukan orang yang punya latar belakang di kesehatan. Namun, meski begitu tidak masalah, karena di beberapa negara Menkes tidak harus berlatar belakang dokter. Hanya saja, berbagai pekerjaan rumah harus diselesaikan Budi sebagai bukti kapabilitas dia," ujar Faisal, Selasa (22/12).

Pertama, meski sudah ada vaksin, Budi harus memastikan langkah preventif apa yang harus diterapkan kepada masyarakat. Hal ini penting untuk menekan laju penularan yang semakin tinggi. Faisal menilai, Budi harus bisa merumuskan strategi langkah preventif itu.

Kedua, distribusi vaksin. Meski Presiden sudah memastikan vaksin akan digratiskan, saat ini yang terpenting adalah bagaimana vaksin tersebut bisa terdistribusi dengan baik.

"Budi harus bisa membuat kebijakan bagaimana vaksin itu bisa tersebar secara merata untuk semua masyarakat. Bagaimana distribusi vaksin itu aman dan sampai bahkan ke daerah daerah pelosok," ujar Faisal.

Ketiga adalah efektivitas vaksin. Faisal menilai meski vaksin sudah tersedia dan gratis, tingkat efektivitas vaksin juga perlu dibuktikan ke masyarakat. 

"Ini yang bisa mempengaruhi kepercayaan masyarakat dan bagaimana penanggulangan pandemi. Kalau sampai salah, ini malah bisa menjadi backfire bagi pemerintah," ujar Faisal.

Tapi apakah Budi Gunadi Sadikin mampu menjawab semua tantangan ini? Faisal menilai terlalu dini untuk menilai bahwa Budi tidak mampu. Tiga tugas penting tadilah yang menurut Faisal harus dijawab oleh Budi selaku Menteri Kesehatan yang baru.

 

Presiden Joko Widodo resmi mendaulat Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan menggantikan Terawan Agus Putranto. Budi Gunadi Sadikin seorang lulusan Institut Teknologi Bandung. Ia menempuh jurusan Fisika Nuklir pada tahun 1988.

Pria 56 tahun ini tak asing lagi di Indonesia. Sebab, selama ini Budi Gunadi Sadikin sempat menduduki berbagai posisi penting jajaran direksi BUMN. Terakhir, Budi didapuk sebagai Ketua Pelaksana Tim Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Meskipun berlatar belakang sebagai orang teknik, namun Budi banyak menghabiskan karirnya sebagai seorang bankir. Budi juga mendapat sertifikasi sebagai Chartered Financial Consultant (CHFC) dan Chartered Life Underwriter (CLU) dari Singapore Insurance Institute (2004).

Budi juga sempat menduduki kursi direksi BUMN, antara lain Direktur Utama Bank Mandiri, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dan terkakhir adalah Wakil I Menteri BUMN.

Dalam perjalanan karirnya, Budi sempat menjadi Staf Teknologi Informasi di IBM Asia Pasifik, Tokyo, Jepang (1988-1994), General Manager Electronic Banking-Chief GM Jakarta-Chief GM HR PT Bank Bali Tbk (1994–1999), dan Senior VP Consumer dan Commercial Banking ABN Amro Bank Indonesia and Malaysia (1999-2004).

BACA JUGA: Mengapa Jokowi Tunjuk Budi Sadikin Menjadi Menkes? Ini Analisis Pakar

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler