China Setujui Penggunaan Vaksin Sinopharm
IHRAM.CO.ID,BEIJING -- China menyetujui vaksin COVID-19 pertamanya untuk penggunaan masyarakat umum pada hari Kamis (31/12). Vaksin yang disetujui adalah yang dikembangkan oleh afiliasi raksasa farmasi yang didukung negara, Sinopharm.
Tidak ada data kemanjuran rinci dari vaksin yang telah dirilis ke publik. Namun, pengembangnya, Beijing Biological Products Institute, sebuah unit anak perusahaan Sinopharm China National Biotec Group (CNBG), mengatakan bahwa vaksinnya 79,34 persen efektif dalam mencegah orang mengembangkan penyakit berdasarkan pada data sementara.
Persetujuan tersebut, diumumkan oleh Administrasi Produk Medis Nasional, datang setelah Uni Emirat Arab bulan ini menjadi negara pertama yang meluncurkan vaksin Sinopharm ke publik. Sementara Pakistan mengumumkan kesepakatan pembelian 1,2 juta dosis dengan Sinopharm.
Meskipun China lebih lambat daripada beberapa negara lain dalam menyetujui vaksin COVID-19, negara itu telah menginokulasi beberapa warga selama berbulan-bulan dengan tiga suntikan berbeda masih menjalani uji coba tahap akhir.
China meluncurkan program penggunaan darurat pada bulan Juli yang ditujukan untuk pekerja penting dan orang lain yang berisiko tinggi terinfeksi. Program ini telah memberikan lebih dari 4,5 juta dosis per 15 Desember menggunakan setidaknya tiga produk berbeda, dua dikembangkan oleh CNBG dan satu oleh Sinovac Biotech.
Meskipun kemanjuran suntikan Sinopharm masih di bawah 90 persen tingkat keberhasilan vaksin saingan dari Pfizer Inc dan mitranya BioNTech SE dan Moderna Inc, ini menunjukkan kemajuan yang telah dibuat China dalam perlombaan global untuk mengembangkan vaksin COVID-19 yang berhasil.
China memiliki setidaknya lima vaksin, yang dikembangkan oleh Sinovac, unit CNBG, CanSino Biologics, dan Akademi Ilmu Pengetahuan China, dalam uji coba tahap akhir. Ini menunjukkan upayanya untuk mengembangkan vaksin buatan sendiri untuk menantang saingannya di Barat.
Presiden Xi Jinping telah berjanji untuk menjadikan vaksin China sebagai barang publik global dan telah memenangkan beberapa kesepakatan pasokan besar dengan negara-negara termasuk Indonesia dan Brasil, negara terpadat di Asia Tenggara dan Amerika Latin.
Data kemanjuran dan keamanan vaksin buatan China sedang diawasi dengan ketat oleh banyak negara berkembang karena mereka memiliki akses awal yang terbatas ke suntikan yang dikembangkan oleh pembuat obat Barat dan sedang mencari alternatif dari China dan Rusia. "Persetujuan China dapat meningkatkan kredibilitas vaksin tersebut," kata Dong-yan Jin, seorang profesor di Universitas Hong Kong.
"Tapi jika vaksin ingin mengambil bagian di pasar global, terutama di negara maju, diperlukan lebih banyak data." tambahnya.
Seorang eksekutif Sinopharm mengatakan kepada pengarahan bahwa data rinci akan dirilis kemudian dan diterbitkan dalam jurnal ilmiah di dalam dan luar negeri.