China Sebut tak Perlu Panik Hadapi Varian Baru Corona
Varian yang bermutasi tak punya perubahan jelas dalam kemampuannya sebabkan penyakit
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Seorang pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China Xu Wenbo mengaku tak mengkhawatirkan adanya varian baru SARS-Cov-2 penyebab Covid-19. Hal itu dia sampaikan setelah China mendeteksi kasus pertama kasus varian tersebut.
"Tidak perlu panik. Varian yang bermutasi, dibandingkan dengan varian mutasi sebelumnya, sejauh ini tidak memiliki perubahan yang jelas dalam kemampuannya menyebabkan penyakit," kata Xu saat diwawancara stasiun televisi pemerintah pada Jumat (2/1).
Dia mengatakan tidak ada dampak varian baru SARS-Cov-2 pada efek kekebalan vaksin yang terdeteksi. Inggris adalah negara pertama yang mendeteksi kasus varian baru virus corona. Mereka menamakan varian tersebut VUI202012/01. VUI adalah singkatan dari Variant Under Investigation.
Varian itu disebut lebih mudah dan lebih cepat menular. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan belum ada bukti varian baru SARS-Cov-2 yang ditemukan di Inggris menyebabkan penyakit lebih parah atau kematian.
"Apa yang kami pahami sejauh ini dari data yang telah dilaporkan oleh Inggris bahwa mereka melaporkan ada peningkatan penularan akibat varian ini. Namun sejauh ini tidak ada bukti bahwa hal itu lebih mungkin menyebabkan penyakit parah atau kematian," ucapnya pada Desember lalu.
Menurut Ghebreyesus, yang terpenting dilakukan saat ini adalah terus menekan penyebaran virus corona. "Semakin kita membiarkannya menyebar, semakin besar kesempatan untuk berubah,” ujarnya.