Israel Berencana Vaksinasi 2 Juta Penduduk di Akhir Januari
IHRAM.CO.ID, ISRAEL -- Israel pada Ahad (3/1) lalu menyatakan bahwa dua juta orang di negara itu akan menerima vaksinasi Covid-19 pada akhir Januari 2021. Hal itu dibanggakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai yang tercepat di dunia.
Sebelumnya, Israel telah memulai vaksinasi Covid-19 pada 19 Desember 2020, ketika Netanyahu mendapatkan suntikan pertamanya. Israel lantas meluncurkan dorongan agresif untuk memberikan vaksin yang dibuat oleh aliansi farmasi AS-Jerman Pfizer-BioNTech.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Israel, Hezi Levy, mengatakan karena adanya antusiasme penerimaan, Israel akan melonggarkan kecepatan vaksinasi untuk menambah stok. Vaksin harus diberikan dalam dua suntikan terpisah, dan diberikan dalam waktu tiga pekan.
"Kami memperlambat kecepatan vaksinasi dari dosis pertama, sehingga kami dapat menyimpan stok untuk dosis kedua bagi mereka yang mendapat suntikan pertama," kata Levy kepada penyiar publik KAN, dilansir di Al Arabiya, Senin (4/1).
Namun, dia menambahkan bahwa sekitar seperlima orang Israel, dimulai dengan petugas kesehatan dan mereka yang berusia di atas 60 tahun, akan mendapat kedua suntikan itu pada akhir bulan ini.
"Hingga akhir Januari nanti, kami akan sudah menginokulasi dua juta warga yang sebagian besar berusia lanjut," ujarnya.
Hingga Jumat, satu juta orang Israel telah menerima suntikan pertama mereka. Netanyahu selama kunjungan ke kota Arab Israel Umm al-Fahm pada Jumat lalu mengatakan, bahwa Israel memecahkan semua rekor.
"Kami berada di depan dari seluruh dunia," kata Netanyahu.
Biro Pusat Statistik Israel mengatakan dalam pernyataan akhir tahun, bahwa populasi Israel mencapai 9,29 juta. Angka tersebut termasuk Yerusalem timur yang dianeksasi, di mana kedaulatan Israel tidak diakui oleh sebagian besar komunitas internasional.
Kementerian kesehatan mengatakan pada Ahad lalu, bahwa 435.866 orang di Israel sejauh ini dinyatakan positif terkena virus corona sejak kasus pertama yang dikonfirmasi dilaporkan pada Februari 2020. Hampir 3.400 orang telah meninggal akibat virus tersebut.
Kementerian juga mengatakan pada Jumat lalu, bahwa pihaknya telah mengonfirmasi 18 kasus lokal dari jenis baru virus korona yang pertama kali terdeteksi di Inggris.