Maroko Setujui Penggunaan Darurat Vaksin AstraZeneca

Maroko telah memesan 66 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca dan vaksin Sinopharm.

EPA
Vaksin Covid-19 eksperimental yang dikembangkan AstraZeneca bersama University of Oxford diperkirakan bisa diperoleh seharga tiga dolar AS, sekitar Rp 42 ribu.
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Kementerian Kesehatan Maroko pada Rabu (6/1) menyetujui penggunaan darurat vaksin COVID-19, yang dikembangkan oleh AstraZeneca bersama Universitas Oxford. Menteri Kesehatan Khalid Ait Taleb mengatakan Maroko mengumumkan negaranya akan meluncurkan kampanye vaksinasi gratis yang menargetkan 25 juta orang. Ini setara 80 persen dari populasi mereka.

"Pemerintah telah memesan 66 juta dosis vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca dan vaksin Sinopharm asal China, namun hingga kini belum menerima satu pun," kata Ait Taleb kepada saluran televisi 2M TV.

Kontrak dengan Sinopharm mencakup pemindahan teknologi dan pembangunan pabrik produksi di Maroko. Menurut Ait Taleb, kampanye vaksin akan berlangsung setidaknya tiga bulan untuk mendapatkan kekebalan populasi.


Baca Juga


Pada 23 Desember Maroko memberlakukan pembatasan jam malam nasional selama tiga pekan mulai pukul 21.00-06:00 waktu setempat. Otoritas juga mendesak agar pengusaha restoran di kota-kota terdampak parah pandemi di Agadir, Casablanca, Marrakech dan Tangier menutup usahanya guna mengendalikan wabah terbaru.

Pada Rabu Maroko mencatat total 447.081 infeksi COVID-19, termasuk 7.000 kematian dan 20.719 kasus aktif.

Ekonomi Maroko diperkirakan mengalami kontraksi hingga 7,2 persen pada 2020 menurut Dana Moneter Internasional (IMF). Sementara, pemerintah pusat mengatakan defisit fiskal 2020 akan melonjak 7,2 persen akibat pandemi.




sumber : antara/reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler