Rusia Temukan Hampir 1.500 Mutasi Virus Corona
Rusia menduduki posisi keempat sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi dunia
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Hampir 1.500 mutasi virus corona telah ditemukan di Rusia. Hal itu diungkap Kepala Layanan Federal untuk Pengawasan tentang Perlindungan Hak Konsumen dan Kesejahteraan Manusia Rusia Anna Popova di sela-sela Gaidar Forum pada Jumat (15/1).
"Ini adalah aspek penting dan kami sedang mengerjakannya. Sejauh ini kami telah menemukan hampir 1.500 mutasi," kata Popova dikutip laman kantor berita Rusia TASS.
Dia mengungkapkan, analisis informasi tentanf mutasi virus corona di seluruh dunia sedang dilakukan di Anti-Plague Institute Mikrob yang berbasis di Saratov. "Mutasi yang paling banyak dibicarakan dan muncul di beberapa negara, kebanyakan di Eropa, menjadi bukti pada bulan September. Selain itu, perubahan pertama dari jenis ini diidentifikasi pada bulan Juni," ucapnya.
Saat ini Rusia menduduki posisi keempat sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia. Berdasarkan data John Hopkins University, negara tersebut telah mencatatkan lebih dari 3,4 juta kasus virus corona dengan korban meninggal melampaui 63 ribu jiwa.
Sejak akhir tahun lalu, Rusia telah memulai kampanye vaksinasi menggunakan vaksin yang dikembangkannya yakni Sputnik V. Lebih dari 800 ribu warga di sana telah menerima vaksin. Pekan lalu Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel membahas kemungkinan kedua negara melakukan produksi bersama Covid-19.
Layanan pers Kremlin mengungkapkan Putin dan Merkel telah melakukan percakapan via telepon. "(Mereka) membahas masalah yang terkait dengan kerja sama dalam memerangi pandemi virus corona dengan penekanan pada kemungkinan prospek untuk produksi bersama vaksin," kata Kremlin pada Selasa (5/1).
Belum ada kesepakatan konkret yang tercapai. Namun Putin dan Merkel setuju melanjutkan kontak terkait hal tersebut dengan melibatkan kementerian kesehatan kedua negara serta badan khusus lainnya.