Di Balik Sumpah Demi Malaikat Pencabut Nyawa Surat An-Naziat

Allah SWT bersumpah atas para malaikat pencabut nyawa di surat An-Naziat

Dok Istimewa
Allah SWT bersumpah atas para malaikat pencabut nyawa di surat An-Naziat Surat An-Naziat
Rep: Meiliza Laveda Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Surat An-Naziat merupakan surat ke-79 dan salah satu surat yang keseluruhan ayatnya disepakati turun sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. 

Baca Juga


Surat ini terdiri dari 46 ayat. Diambil dari ayat pertama, arti An-Naziat adalah malaikat-malaikat yang mencabut.

Sejumlah ulama menilai tujuan utama surat ini adalah pembuktian tentang keniscayaan hari Kebangkitan disertai dengan bukti-buktinya, antara lain dengan uraian tentang pengalaman Nabi Musa AS dengan Firaun. 

Sayyid Quthb menulis surat ini merupakan contoh untuk menyentuh hati manusia yang menyangkut hakikat akhirat, yakni tentang kedahsyatan hari akhir. Berikut ayat 1-5 :           

وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا ﴿١﴾ وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا ﴿٢﴾ وَالسَّابِحَاتِ سَبْحًا ﴿٣﴾ فَالسَّابِقَاتِ سَبْقًا ﴿٤﴾ فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْرًا ﴿٥

Wan-nāzi’āti garqā. wan-nāsyiṭāti nasyṭā. was-sābiḥāti sab-ḥā. fas-sābiqāti sabqā. fal-mudabbirāti amrā. 

“Demi pencabut-pencabut dengan keras, dan Pengurai-pengurai dengan lemah lembut, dan para yang berpindah-pindah dengan cepat lalu Pelomba-pelomba dengan kencang, maka Pengatur-pengatur urusan.”

Awal surat ini menjelaskan tentang malaikat-malaikat yang mencabut nyawa manusia, baik bagi mukmin maupun kafir. Dijelaskan dalam buku Tafsir Al-Mishbah oleh Prof Quraish Shihab, kata an-nâzi’ ât terambil dari kata naza’a yang berarti mencabut. 

Mencabut ini biasanya menggambarkan kuatnya sesuatu sehingga terpaksa untuk mengeluarkannya dilakukan pencabutan. Jika ayat di atas dipahami sebagai pencabutan ruh orang kafir, maka itu mengisyaratkan orang kafir itu mempertahankan nyawanya. 

 

Sebab, saat dia sekarat, dipertunjukkan gambaran neraka seperti yang diucapkan Rasulullah. Tentunya, ini berbeda dengan mukmin yang justru senang meninggalkan dunia karena diperlihatkan gambaran surga.

Selanjutnya, kata gharqan terambil dari kata ghariqa yang artinya masuk ke dalam sesuatu atau menarik sesuatu sampai batas akhirnya.

Namun, ghariqa dalam konteks ini juga diartikan tenggelam karena seseorang tertarik masuk, ini bisa jadi sampai ke dasar yang terdalam.

Jika an-nâzi’ât dipahami sebagai malaikat-malaikat pencabut ruh manusia kafir, maka gharqan menggambarkan keadaan pencabutan nyawa sampai ke dasar jiwa terdalam.

Kemudian kata an-nâsyithât dan nasythan terambil dari kata nasyatha. Pada mulanya kata itu berarti mengikat dan mengeluarkan. Dalam konteks ini, kata tersebut diartikan mencabut, tetapi pencabutan yang lemah lembut.

Lalu kata as-sâbihât dan sabhan pada mulanya berarti menjauh dari posisi. Dari sini lahir sekian banyak arti bagi kata tersebut sesuai dengan subjeknya.

Kata as-sâbiqât dan sabqan terambil dari kata sabaqa yang artinya mendahului. Kata musâbaqah adalah upaya dua pihak atau lebih untuk saling mendahului tiba di tujuan.

Kendati ayat-ayat di atas menunjuk pada malaikat, tetapi penyebutan peranan mereka yang berlainan dan berdiri sendiri mengisyaratkan peranan yang mereka lakukan sangat sempurna. 

 

Malaikat adalah pengatur urusan atau perantara yang lain. Misal, dalam hal kematian, peranan malaikat sangat jelas. Ayat lima di atas menegaskan peranan mereka sebagai pengatur dalam segala urusan. Mereka adalah perantara atau pengatur yang sama sekali tidak bertentangan dengan kuasa Allah SWT.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler