Indonesia Minimal Butuh 200 Plasma Konvalesen Tiap Hari

Sejak Mei PMI sudah lakukan 7.000 kali donor plasma konvalesen.

ANTARA/Nova Wahyudi
Pasien sembuh COVID-19 mendonorkan plasma konvalesen di Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Palembang, Sumatera Selatan, Senin (18/1/2021). Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla menargetkan sebanyak 5.000 orang pasien sembuh COVID-19 mendonorkan plasma konvalesennya dalam satu bulan untuk menekan angka kematian akibat pandemi.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla mengatakan sejak Mei 2020 organisasi kemanusiaan tersebut telah melakukan 7.000 kali donor plasma konvalesen untuk membantu penyembuhan masyarakat yang terinfeksi Covid-19. Kebutuhan plasma konvalesen namun lima kali lipat dari jumlah donor yang ada.

"Kurang lebih 40 per hari plasma konvalesen dilakukan PMI," kata dia saat pencanangan gerakan nasional pendonor plasma konvalesen secara daring yang dipantau di Jakarta, Senin (18/1).

Plasma konvalesen merupakan salah satu terapi penyembuhan Covid-19 yang merupakan inisiatif PMI bersama Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang telah melalui sejumlah tahapan. Meskipun demikian, Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan 12 tersebut menyadari jumlah itu masih jauh dari memenuhi kebutuhan donor plasma konvalesen di Tanah Air.

Permintaan donor plasma konvalesen di berbagai daerah minimal butuh 200. Sementara jika dirata-ratakan saat ini baru bisa 40 hingga 50 per hari.

Oleh sebab itu, adanya gerakan nasional pendonor plasma konvalesen diharapkan bisa mencapai lima kali lipat dari kuota sebelumnya. Ia menyakini apabila target 200 per hari bisa dicapai, maka tingkat kematian akibat Covid-19 bisa ditekan lebih rendah.

"Jadi harus ditingkatkan lima kali lipat. Sebenarnya hal itu mudah apabila diketahui," ujar dia.

Sebab, berdasarkan data, hingga kini dilaporkan pasien sembuh Covid-19 secara nasional sudah mencapai 736 ribu. Artinya, dari ratusan ribu yang sudah sembuh berpeluang besar untuk melakukan donor plasma konvalesen. Sebab tidak semua penyintas bisa menyumbangkan plasma konvalesen miliknya.

Sebagai contoh perempuan yang sudah hamil tidak disarankan melakukan donor plasma konvalesen. Jika 20 persen dari 736 ribu pasien sembuh mau melakukan donor plasma konvalesen, maka semua kebutuhan dapat dipenuhi.

Secara umum program plasma konvalesen sudah dimulai sejak Mei 2020 dengan dukungan dan penelitian Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.


Baca Juga


sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler