Afsel Bayar Vaksin Covid-19 Dua Kali Lipat Lebih Mahal
Afrika Selatan harus membayar 5,25 dolar AS per suntikan
REPUBLIKA.CO.ID, PRETORIA -- Kementerian Kesehatan Afrika Selatan mengatakan negara itu harus membayar vaksin Covid-19 dengan harga 2,5 lipat lebih mahal dari Eropa. Afrika Selatan harus membayar 5,25 dolar AS per suntikan. Sementara negara-negara Eropa hanya 2,16 dolar untuk vaksin yang sama.
Afrika Selatan yang menjadi negara Afrika yang paling terdampak pandemi virus Corona itu sudah memesan 1,5 juta dosin vaksin Inggris, Oxford-AstraZeneca dari Serum Institute of India. Vaksin tersebut diperkirakan akan tiba pada Januari dan Februari.
"Departemen Kesehatan Nasional mengonfirmasi harga vaksin 5,25 dolar AS seperti yang dikutip pada kami," kata deputi direktur jenderal kesehatan Afrika Selatan Anban Pillay melalui pesan singkat seperti yang dilaporkan, Aljazirah, Jumat (22/1) lalu.
Dalam pesan tersebut Pillay tidak menyinggung perbedaan harga dengan yang harus dibayar negara-negara Eropa. Berdasarkan informasi yang dibocorkan seorang menteri Belgia melalui cicitannya bulan lalu negara anggota Uni Eropa hanya membayar 1,78 euro atau 2,16 dolar AS per suntikan.
Kesepakatan-kesepakatan bilateral antara pemerintah kaya dan pabrik vaksin memicu kekhawatiran pasokan vaksin untuk negara pendapatan menengah dan rendah menjadi terbatas sehingga harga vaksin menjadi lebih mahal. Sejak tahun lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah memperingatkan bahaya 'nasionalisme vaksin' dan 'permainan harga'.
Bulan Desember lalu produsen vaksin AstraZeneca mengatakan mereka akan menetapkan harga 2,5 euro per dosis. "Agar vaksin dapat disebarkan ke populasi, dengan akses seadil mungkin," kata mereka saat itu.
Perusahaan farmasi itu belum menanggapi permintaan komentar mengenai pernyataan kementerian kesehatan Afrika Selatan. Negara itu sudah memesan 20 juta dosis vaksin AstraZeneca untuk pertengahan pertama 2021.
Fasilitas vaksin Covax yang didukung WHO diperkirakan akan memvaksin 10 persen populasi dunia pada bulan April dan Juni tahun ini. Vaksin tersebut akan disebarkan melalui Uni Afrika dan kontrak-kontrak bilateral dengan pemasok yang belum diungkapkan. Sementara itu oposisi pemerintah mengkritik strategi vaksinasi Afrika Selatan.
"Laporan hari ini mengindikasi pemerintah akan membayar vaksin dengan harga dua kali lipat lebih mahal dari pada negara lain," kata oposisi untama Democratic Alliance.