Biden Peringatkan Putin dalam Panggilan Pertama

Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan kontak di masa mendatang.

AP/Evan Vucci
Presiden Joe Biden.
Rep: Lintar Satria Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON--Gedung Putih mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai isu campur tangan Moskow di pemilihan umum AS. Peringatan ini disampaikan dalam sambungan telepon pertama Biden ke Putin sebagai presiden AS.

Dalam pembicaraan tersebut kedua kepala negara juga membahas unjuk rasa yang sedang gejolak di Rusia dan perpanjangan perjanjian senjata nuklir AS-Rusia. Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan Rusia, Putin menyampaikan selamat atas dilantiknya Biden.

Pada Rabu (27/1) BBC melaporkan kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan kontak di masa mendatang. Mantan Presiden Donald Trump kerap menghalangi pemerintahnya untuk bersikap keras terhadap Rusia. Ia juga kerap dituduh terlalu menghormati Putin.

Namun Pemerintah Barack Obama, saat Biden menjabat sebagai wakil presiden, juga dianggap gagal mencegah Kremlin menganeksasi Krimea, sebelah timur Ukraina pada 2014 lalu dan memperkuat posisi di Suriah.

"Presiden Biden menegaskan AS akan bertindak tegas dalam mempertahankan kepentingan nasional dalam merespon aksi Rusia yang merugikan kami atau sekutu kami," kata AS dalam pernyataannya.

Baca Juga


Pada Selasa (26/1) sore, Gedung Putih menyampaikan dua kepala negara itu juga membahas serangan siber skala besar terhadap perusahaan AS, SolarWinds. Pihak berwenang AS yakin Moskow sebagai dalang serangan siber tersebut.

Washington juga mengatakan, Biden dan Putin membahas laporan Rusia yang memberi imbalan pada milisi untuk membunuh pasukan AS di Afghanistan. Keduanya juga membahas serangan racun terhadap oposisi pemerintah Rusia, aktivis Alexei Navalny.

Kremlin menyatakan pembicaraan itu tidak menyinggung poin gesekan yang menurut Gedung Putih dibahas Biden. Mantan wakil presiden itu pernah memanggil Putin sebagai 'premannya KGB' atau intelijen Rusia.

"(Putin) mencatat normalisasi hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat akan memenuhi kepentingan kedua negara dan dengan mempertimbangkan tanggung jawab mereka menjaga keamanan dan stabilitas dunia, untuk seluruh masyarakat internasional," kata pemerintah Rusia.

"Secara keseluruhan, pembicaraan antara pemimpin Rusia dan Amerika Serikat bersifat 'bisnis dan jujur'," tambah Kremlin dalam pernyataannya.

Kedua pemimpin itu tampaknya akan menandatangani perpanjangan New Start. Perjanjian yang dibentuk pada pemerintahan Obama untuk membatasi jumlah hulu ledak, rudal dan peluncur nuklir Rusia dan AS. Masa berlaku perjanjian itu akan habis bulan depan dan Trump menolak memperpanjangnya.



BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler