Studi Sebut Penyintas Covid Muda Berpotensi Alami Reinfeksi
Pernah terinfeksi covid-19 tidak menjamin memiliki antibodi yang bertahan lama.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Studi pendahuluan baru-baru ini menjelaskan, terinfeksi virus yang menyebabkan Covid-19, tidak membuat daya tahan tubuh langsung mengenalinya. Bahkan, diperkirakan virus yang sama dapat menginfeksi kembali penyintas tersebut.
Dalam penelitian yang berasal dari pelacakan sekitar 3.250 spesimen rekrutan muda Marinir AS sejak Mei hingga Oktober lalu, ada fakta yang menunjukkan hal tersebut. Dijelaskan, dari jumlah tersebut, ada 189 orang yang sebelumnya dinyatakan positif Covid-19. Dalam waktu studi selama enam pekan itu, sekitar 10 persen di antaranya kembali positif Covid-19.
"Anda tidak memiliki ‘kartu bebas keluar dari penjara’ hanya karena Anda memiliki antibodi dari infeksi sebelumnya," kata penulis studi dan neurologi di Icahn School of Medicine di Mount Sinai di New York City, Dr. Stuart Sealfon dikutip dari UPI, Jumat (5/2).
Dalam penelitian yang telah dipublikasikan di server pracetak medRXiv itu, semua Marinir memulai pelatihan dasar dan awalnya dikarantina oleh Angkatan Laut selama dua pekan. Sebelumnya mereka menjalani dua pekan karantina di rumah.
Setelah program pelatihan dimulai, rekrutan diuji Covid-19 setiap dua pekan sekali selama periode enam pekan. Hasilnya, 19 dari 189 rekrutan yang sudah terjangkit Covid-19 dinyatakan positif terkena infeksi kedua selama penelitian.
Baca juga : Ridwan Kamil Beberkan Perbandingan Data Covid di Jabar
Para peneliti mengatakan, infeksi pertama dan kedua melibatkan jenis Covid-19 yang sama dan tidak ada yang melibatkan jenis baru yang lebih menular di Inggris, Afrika Selatan, atau Brasil.
Menurut dia, dua pertiga dari 19 marinir yang terinfeksi kembali tidak memiliki antibodi penawar yang dapat diukur. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang yang terinfeksi tidak menghasilkan antibodi.
Kendati demikian, dalam penelitian itu ada kabar baik, yang menunjukkan jika antibodi setelah terinfeksi memang bisa melindungi dari infeksi ulang. Namun, kabar buruknya, meskipun pernah menderita Covid-19, tetap ada risiko untuk kembali mendapatkannya lagi.
"Itu mungkin tidak menimbulkan masalah bagi pasien, dan pastinya orang muda - seperti yang ada dalam penelitian kami - kebanyakan asimtomatik. Tapi, itu pasti dapat berarti bahwa ada risiko mereka kemudian dapat menularkan infeksi baru kepada mereka yang lebih rentan," ungkap dia.
Terpisah, Sandro Cinti, seorang profesor penyakit menular di Michigan Medicine di University of Michigan di Ann Arbor, mengatakan, yang terbaik saat ini adalah tidak terlalu banyak membaca temuan serupa tersebut. Sebab, hasil awal di penelitian itu justru cenderung tidak berarti apapun. Terlebih, ia sebut dengan jumlah pasien uji coba yang minim.
"Anda harus sangat berhati-hati dalam menafsirkan semua studi Covid-19 yang keluar sekarang, banyak di antaranya belum ditinjau,’’ jelas dia.
Cinti mengatakan, infeksi virus biasanya memberikan perlindungan dari infeksi lebih lanjut. Namun, ia tak menampik memang ada potensi terinfeksi ulang Covid-19.
"Tapi tak satupun dari studi ini menjawab pertanyaan itu secara pasti. Satu-satunya hal yang pasti adalah bahwa kita tidak benar-benar tahu," tambah dia.