CORE: Wakaf Solusi Makro Ekonomi Indonesia

Gerakan wakaf menjadi harapan untuk mengangkat sekitar 68 persen penduduk miskin

Foto : MgRol112
Ilustrasi Wakaf
Rep: Lida Puspaningtyas Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Core Indonesia menyebut wakaf sebagai solusi makro ekonomi dari perspektif syariah. Direktur Eksekutif CORE, Hendri Saparini menyampaikan wakaf bisa menjadi solusi untuk memperkuat sisi pasokan yang selama ini menjadi masalah dalam makro ekonomi.

Baca Juga


"Bagi kami yang selalu bicara makro, wakaf ini adalah solusi, karena kita selalu diskusikan bahwa Indonesia sangat punya keterbatasan dari sisi resources," katanya dalam Diskusi Daring Core Indonesia edisi Gerakan Nasional Wakaf Uang, Selasa (9/2).

Sisi supply ekonomi terbatas, misal dari sisi pendapatan negara hingga pajak yang rendah. Sehingga wakaf produktif menjadi alternatif baru dan harapan untuk mengisi kekosongan, dalam konteks tujuan pembangunan negeri dan kesejahteraan masyarakat.

Hendri mengatakan GNWU menjadi sebuah harapan untuk mengangkat sekitar 68 persen penduduk yang saat ini berada di kategori miskin dan miskin ekstrim. Dalam program wakaf yang berkelanjutan, maka tujuan pembangunan ekonomi yakni masyarakat yang adil dan makmur bisa tercapai.

Core meyakini bahwa pada 2045, Indonesia bisa menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran. Wakaf bisa menjadi salah satu instrumennya yang mengkolaborasikan sumber daya besar dengan sinergi berbagai pihak.

"Wakaf produktif ini menjadi ide yang perlu terus kita perdalam agar muncul inovasi yang bisa menggerakan sisi supply tadi," katanya.

 

Hendri mengatakan, isu wakaf juga bukan hanya pada sisi pengumpulan, tapi juga sisi penyaluran dan pemanfaatan. Wakaf perlu didorong jadi instrumen penting yang menggerakan ekonomi di sektor riil.

Selama ini, selalu ada missing link antara sektor keuangan dan sektor riil. Wakaf harus bisa jadi solusi pada permasalahan tersebut, karena secara hakikatnya wakaf bisa menimbulkan efek beruntun.

Menurutnya, masyarakat bawah selama ini bukan tidak mampu berinvestasi atau berproduksi. Mereka memiliki keterampilan dan waktu yang juga menghasilkan sesuatu namun tidak terhitung dalam tatanan keuangan konvensional.

Sementara dalam tataran wakaf, hal tersebut bisa dihindari. Ia mencontohkan wakaf project based yang langsung menyentuh sektor riil dan masyarakat. Misal, potensi peternakan kambing dari dana wakaf yang perlu dimaksimalkan hingga bisa bertaraf ekspor.

Dari semuanya, Hendri kembali pada sisi literasi wakaf yang masih rendah. Sehingga ia berjanji untuk terus membahas potensi wakaf dan implementasinya dalam tatanan lebih luas. Agar setiap pihak bisa mengambil peran yang signifikan sesuai dengan kapasitasnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler