Food Estate NTT Diharap Jadi Lumbung Pangan Indonesia Timur
Dari luas 5.080 ha, potensi lahan food estate di Desa Fatuketi seluas 380 ha.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah kembali memulai rencana pembangunan food estate atau lumbung pangan baru di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT). Keberadaan Food estate tersebut nantinya diharap menjadi kawasan lumbung pangan untuk Indonesia timur.
Adapun lokasi yang akan dijadikan pengembangan program Food Estate terletak di Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Provinsi NTT.
"Kabupaten Belu diharapkan dapat menjadi daerah model percontohan di Indonesia dalam upaya pengembangan ketahanan pangan berskala besar di wilayah Timur," kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam pernyataan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (12/2).
Syahrul menyebutkan, manfaat membangun kawasan food estate dalam skala luas di kawasan tersebut merupakan pengintegrasian proses laju pertanian dari hulu sampai dengan ke hilir. Menurutnya, NTT memiliki potensi alam yang sangat besar untuk menjadi kawasan produsen pangan sehingga harus dikembangkan
"Kita ubah hamparan ini menjadi lahan pertanian. Kita lakukan olah lahan dan tanam sehingga menghasilkan. Kita wajib persiapkan makan untuk semua orang," ujarnya.
Syahrul mengatakan, pemerintah akan memberikan bantuan sarana produksi, alat prapanen dan pascapanen guna meningkatkan produktivitas. Selain juga mendorong para petani untuk menggunakan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR), serta pengembangan pertanian berbasis korporasi dan klaster.
Kementan berupaya memperbaiki varietas benih, tata kelola irigasi, sampai penanganan pascapanen. "Ini sedang kami bahas dengan Gubernur NTT sehingga ke depan harus bisa berakselerasi," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Belu, Ose Luan mengatakan, luas Desa Fatuketi seluas 5.080 hektar (ha) dengan potensi lahan food estate 380 ha. Desa tersebut menjadi salah satu titik akan dibangunnya food estate.
Rencananya komoditas yang akan dikembangkan pada Musim Tanam I padi seluas 350 ha dan di Musim Tanam II adalah komoditas palawija di area seluas 200 hare.
Selain pengembangan komoditas tanaman pangan, direncanakan juga pengembangan komoditas hortikultura seluas 25 hektare dan perkebunan sebanyak 50 hektare.
Ose mengatakan, mata pencarian masyarakat Belu utamanya pertanian. Belu memiliki musim kering lebih lama dari pada musim hujan sehingga kabupaten Belu harus membendung semua sungai sebagai sumber air untuk sawah petani.
Ose menyebutkan Kabupaten Belu saat ini memiliki bendungan Rotiklot. "Guna pengembangan kawasan lumbung pangan baru maka perlu dibangun sistem irigasi sekunder dan tersier untuk mengairi lahan tersebut," kata dia.