BPS: Kinerja Ekspor Membaik, Impor Masih Lemah
Penurunan impor terjadi pada seluruh penggunaan barang, terutama barang modal.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja ekspor pada bulan pertama tahun ini mengalami perbaikan dibandingkan tahun lalu dengan pertumbuhan 12,24 persen. Sedangkan, performa impor masih lemah seiring dengan penurunan 6,49 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Pada Januari 2021, nilai ekspor mencapai 15,30 miliar dolar AS atau naik double digit dibandingkan pencapaian Januari 2020 yang sebesar 13,63 miliar dolar AS. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan berbagai harga komoditas mendorong pertumbuhan nilai ekspor tersebut.
Misalnya, harga minyak mentah Indonesia di dunia (ICP) yang mengalami kenaikan 11,28 persen menjadi 53,17 dolar AS per barel pada Januari 2021 dari 47,78 dolar AS per barel pada tahun sebelumnya. Selain itu, pada batubara, harganya naik 4,58 persen dibandingkan Desember 2020 dan 24,65 persen dibandingkan Januari 2020.
Suhariyanto berharap, pemulihan kinerja ekspor pada awal tahun ini dapat diteruskan pada bulan-bulan selanjutnya. "Sehingga pemulihan ekonomi bisa berjalan sesuai dengan harapan," katanya dalam konferensi pers secara virtual pada Senin (15/2).
Meski demikian, kinerja ekspor bulan lalu sebenarnya mengalami penurunan 7,48 persen dibandingkan dengan Desember 2020 yang sebesar 16,54 miliar dolar AS. Suhariyanto mengatakan, siklus ini juga sering terlihat pada tahun-tahun sebelumnya karena kegiatan ekonomi baru mulai bergeliat pada Januari.
Satu catatan yang diberikan Suhariyanto adalah penurunan performa impor. Nilainya yang sebesar 14,27 miliar dolar AS pada Januari 2020 harus turun 6,49 persen menjadi 13,34 miliar dolar AS pada bulan lalu. Dibandingkan Desember 2021, kinerja impor juga turun 7,59 persen.
Penurunan impor terjadi pada seluruh penggunaan barang, terutama barang modal. Kontraksinya mencapai 10,72 persen menjadi 1,99 miliar dolar AS pada Januari 2021. "Ini mengindikasikan pergerakan impor masih belum sesuai harapan," ucap Suhariyanto.
Sementara itu, impor bahan baku/penolong menurun 6,10 persen menjadi 9,93 miliar dolar AS. Kontribusinya yang mencapai 74,39 persen pada struktur impor memberikan dampak signifikan pada kinerja impor secara keseluruhan.
Barang konsumsi juga mencatatkan penurunan 2,92 persen dibandingkan Januari 2020 menjadi 1,42 miliar dolar AS. Bahkan, secara bulanan, kontraksinya lebih dalam yakni 17 persen. Penyebabnya adalah penurunan impor bawang putih dan anggur segar yang keduanya dikirim dari Cina.
Secara keseluruhan, kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2021 mengalami surplus 1,96 miliar dolar AS. Nilai tersebut lebih baik dibandingkan dua tahun belakang. "Pada Januari 2020, waktu itu defisit 640 juta dolar AS, sementara Januari 2019 defisit 980 juta dolar AS," katanya.