Sidebar

Imam di Inggris Imbau Muslim Lakukan Vaksinasi Covid-19

Sunday, 21 Feb 2021 12:47 WIB
Warga Muslim lansia menerima vaksinasi Covid-19 di klinik pop-up (sementara) di Masjid London Timur di Inggris, Sabtu (6/2).

IHRAM.CO.ID, LONDON -- Sejak program vaksinasi digulirkan di Inggris pada Desember 2020 lalu, sejumlah teori konspirasi palsu dan informasi yang keliru telah menyebar melalui media sosial. Di sisi lain, pemerintah dan Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris telah berulang kali meyakinkan warga bahwa vaksinasi virus corona adalah suntikan yang aman.

Namun, muncul kekhawatiran baru-baru ini bahwa penggunaan vaksin tersebut lebih rendah bagi etnis minoritas. Meskipun, etnis minoritas disebut lebih berisiko terpapar virus corona.

Dalam laporan terbaru Dewan Muslim Inggris, berdasarkan data dari Office for National Stastics, disebutkan bagaimana etnis minoritas terkena dampak Covid-19 secara tidak proporsional. Dikatakan, bahwa komunitas Muslim menjadi kelompok agama dengan tingkat kematian tertinggi.

Dalam upaya menangani beredaranya informasi keliru seputar vaksin itu, seorang imam di Essex di Distrik Braintree, Inggris, menyerukan komunitas Muslim untuk menerima tawaran vaksin Covid-19. Ia mengatakan, ada banyak konspirasi ketika Covid-19 mulai muncul 10 bulan lalu.  

Namun ketika orang-orang mulai melihat atau mengenal seseorang yang meninggal atau tertular Covid-19, seyogyanya tidak ada yang tidak percaya akan kebenaran Covid-19 lagi.

Tetapi ketika vaksin pertama kali datang, menurutnya, ada banyak pertanyaan, terutama karena Muslim tidak akan menerima kandungan produk hewani dalam vaksin tersebut. Namun, ia mengatakan bahwa sejak awal mereka telah mengklarifikasi bahwa vaksin itu benar-benar halal dan tidak mengandung produk hewani dan aman untuk digunakan.

Kini, Kashif menekankan kembali pentingnya bagi masyarakat untuk mengecek dari mana asal informasi yang mereka baca guna memastikan mereka tidak membaca atau menyebarkan berita palsu. Sang imam mengatakan, pekan lalu seorang pria datang dan bersikeras bahwa vaksin memang mengandung produk hewani. Namun ketika ia membacanya dengan benar, dia tidak dapat membuktikannya.

"Saya pikir ada banyak teori konspirasi yang beredar, bahkan sebelum Covid. Saya pikir itu karena informasi yang salah di Facebook dan WhatsApp di mana orang-orang menerima sesuatu dan meneruskannya kepada semua orang tanpa benar-benar memverifikasinya," kata Imam Kashif, dilansir di Essex Live, Ahad (21/2).

Dengan pandemi Covid-19 saat ini, ia menilai penting dan urgensinya vaksin tersebut. Ia merasa ada lebih banyak yang bisa dilakukan untuk mendorong dan mendidik individu tentang vaksin tersebut.

Khususnya bagi umat Islam, Kashif mengatakan bahwa melakukan vaksin adalah bagian dari menghormati kesucian tubuh dari Tuhan. Sebagai Muslim, mereka menganggap hidup itu suci dan penting dan tidak diperkenankan untuk bunuh diri.

"Itu adalah kehidupan yang diberikan Tuhan dan Anda tidak dapat mengakhiri hidup seperti. Ketika Anda berada di bumi, tubuh Anda seperti pinjaman dari Tuhan dan Anda harus menghormatinya dan menjaganya," ujarnya.

Seperti halnya mengonsumsi makanan, manusia menurutnya harus menjaga tubuh dengan vaksin tersebut. Karena itu, ia menekankan pentingnya menerima tawaran vaksin lantaran penyakit Covid-19 telah menyebabkan begitu banyak kematian dan kerugian.

Sebelumnya, NHS telah menyatakan bahwa vaksin yang disetujui untuk digunakan di Inggris telah memenuhi standar keamanan, kualitas dan efektivitas yang ketat, yang ditetapkan oleh Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan Independen (MHRA.  

Dikatakan, bahwa setiap vaksin virus corona yang disetujui harus melalui semua uji klinis dan pemeriksaan keamanan semua obat berlisensi lainnya. MHRA sendiri mengikuti standar keamanan internasional.

Sementara itu, vaksin lain sedang dikembangkan saat ini. Namun, vaksin tersebut hanya akan tersedia di NHS setelah diuji secara menyeluruh untuk memastikannya aman dan efektif.

"Sejauh ini, jutaan orang telah diberikan vaksin Covid-19 dan laporan efek samping yang serius, seperti reaksi alergi, sangat jarang terjadi. Tidak ada komplikasi jangka panjang yang dilaporkan," kata NHS.


 
 

 

Berita terkait

Berita Lainnya