Nilai Tukar Petani Turun 0,15 Persen pada Februari 2021
Subsektor NTP yang mengalami penurunan ialah tanaman pangan dan peternakan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, terdapat penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Februari 2021 sebesar 0,15 persen menjadi 103,10. Penurunan juga dialami oleh Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) sebesar 0,27 persen menjadi 103,72.
"NTP agak turun sedikit dibandingkan Januari yang lalu," kata Kepala BPS, Suharyanto, dalam konferensi pers, Senin (1/3).
Ia menjelaskan, berdasarkan subsektor, terdapat dua usaha petani yang mengalami penurunan NTP. Petani tanaman pangan mengalami penurunan NTP 0,84 persen. Penurunan tersebut membuat NTP tanaman pangan jatuh bawah level 100, yakni 99,21.
Suhariyanto menuturkan, penurunan itu terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan 0,59 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,26.
"Penurunan harga yang diterima petani ini terjadi karena terutama adanya penurunan harga gabah karena banyak daerah yang sudah memasuki masa panen," kata Suhariyanto.
Selain tanaman pangan, subsektor peternakan turut mengalami penurunan 0,33 persen menjadi 97,68. Penurunan terjadi karena indeks harga yang diterima petani juga mengalami penurunan 0,7 persen, sementara indeks harga yang dibayar mengalami kenaikan 0,7 persen.
Menurut Suhariyanto, komoditas yang paling dominan mempengaruhi penurunan indeks harga yang diterima petani adalah penurunan harga daging dan juga telur. Di mana hal tersebut menyebabkan terjadinya inflasi untuk bulan Februari tahun 2021.
Adapun subsektor yang mengalami peningkatan yakni hortikultura, tanaman perkebunan rakyat dan perikanan yang masing-masing naik 1,83 persen, 0,35 persen, dan 0,30 persen.
Sementara itu, situasi pada Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) sama seperti yang terjadi dalam NTP. Di mana, penurunan NTUP utamanya terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,99 persen serta peternakan sebesar 0,32 persen.