Dosa-Dosa Bartomeu Selama Jadi Presiden Barcelona

Bartomeu ditangkap karena dugaan hubungannya dengan skandal Barcagate Februari lalu.

EPA-EFE/GERMAN PARGA
Mantan Presiden Barcelona, Josep Maria Bartomeu.
Rep: Anggoro Pramudya Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- 5 Juni 2015 adalah hari besar bagi Barcelona saat memenangkan Liga Champions di bawah Luis Enrique untuk menyelesaikan treble winners yang menakjubkan, termasuk gelar La Liga Spanyol dan Copa del Rey. Lebih dari lima tahun telah berlalu sejak momen tak terlupakan bagi para penggemar Barcelona.

Klub telah berubah dari duduk nyaman di atas singgasana sepak bola Eropa, menjadi sebuah tim yang tengah menghadapi krisis keuangan dan olahraga yang sangat besar. Dalam semua episentrum yang dilalui oleh Barca, mantan presiden klub, Josep Maria Bartomeu, ditangkap pada Senin (1/3) pagi karena dugaan hubungannya dengan skandal Barcagate Februari lalu.

Bartomeu terpilih sebagai presiden Barcelona beberapa hari setelah tim Katalan itu mengangkat trofi Liga Champions dan sejak itu, tim tersebut belum berhasil mencapai level tertinggi. Dilansir Marca, Selasa (2/3) berikut deretan 'dosa besar' yang dilakukan Bartomeu selama menjabat sebagai petinggi klub.

Sementara itu, Bartomeu yang berada di kursi atas pimpinan Barca, telah menutup perjanjian sponsor dengan Qatar Airways. Didorong oleh kesuksesan Liga Champions, Bartomeu bersedia untuk menegosiasikan kembali kesepakatan tersebut dengan maksud untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik.

Namun, tidak ada kesepakatan yang dicapai dan kemitraan Barcelona dengan Qatar tidak ada lagi. Sementara itu, di level olahraga, Blaugrana menghabiskan jutaan euro untuk mengontrak pemain-pemain seperti Arda Turan, Aleix Vidal, Lucas Digne, Paco Alcacer, Andre Gomes, dan Samuel Umtiti, tidak ada yang berhasil di klub tersebut.

Pada saat yang sama, Bartomeu menawarkan uang besar kepada pemain seperti Jordi Alba, Sergio Busquets, Gerard Pique, dan Luis Suarez. Alhasil, Barcelona menjadi klub dengan tagihan gaji tertinggi di sepak bola Eropa dan entitas yang mendapat pukulan paling keras selama pandemi Covid-19.

Pukulan terakhir datang pada musim panas 2017 ketika PSG, klub milik Qatar Sports Investments (QSI), merebut Neymar setelah memicu klausul pembelian striker Brasil itu.

Barcelona mendapatkan banyak uang untuk kepindahan Neymar tetapi, sekali lagi, gagal berinvestasi dengan benar, mengontrak Ousmane Dembele dan Philippe Coutinho. Tidak ada yang berhasil mengisi kekosongan pemain Brasil itu.

Baca Juga


Sementara itu, Real Madrid memenangkan tiga trofi Liga Champions berturut-turut dan Barcelona menghadapi eliminasi bencana di tangan AS Roma dan Liverpool.

Satu tahun setelah menjadi presiden Barcelona, ​​Bartomeu melihat klub tersebut mengaku bersalah atas dua kejahatan terhadap badan pajak yang berasal dari penandatanganan Neymar.

Baik mantan presiden Barcelona Sandro Rosell dan Bartomeu terbukti tidak bersalah, tetapi citra klub rusak parah. Daftar musuh Bartomeu bertambah saat Barcelona mengadakan pertandingan melawan Las Palmas secara tertutup pada hari referendum Katalan.

Skandal terakhir yang melibatkannya adalah di Barcagate, di mana ia dituduh menyewa perusahaan agensi sosial media untuk merusak reputasi orang dan entitas tertentu dengan dana klub. Sebelum hengkang dari Barcelona, ​​ia juga sempat memperburuk hubungannya dengan beberapa pemain, termasuk Lionel Messi.

Pemain Argentina itu mengkritik Bartomeu melalui wawancaranya, mengeluhkan bahwa mantan presiden Barcelona itu telah membohonginya dalam banyak kesempatan. Musim panas lalu, Messi meminta untuk dibebaskan oleh klub dan dia belum mencapai kesepakatan, dengan kontraknya saat ini berjalan hingga Juni mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler