Inggris Kehilangan Pangsa Pasar di AS, Jerman, dan China

Inggris kehilangan pangsa pasar selama pandemi Covid-19

Andi Rain/EPA-EFE
Tampak bendera Inggris atau Union Jack. (ilustrasi)
Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris kehilangan pangsa pasar di Amerika Serikat, Jerman, dan China selama pandemi Covid-19 karena kekacauan perdagangan global, keluarnya negara itu dari Uni Eropa (Brexit), dan produktivitas yang buruk. Hal itu berdasarkan penelitian baru yang diterbitkan pada Senin (8/3).

Baca Juga


Inggris berkinerja sangat buruk karena stagnasi jangka panjang dalam pertumbuhan produktivitas, menurut laporan penelitian Pusat Grup Perbankan untuk Kemakmuran Bisnis Lloyd dari Universitas Aston. Penelitian itu menunjukkan bahwa saat semua negara bergulat dengan kesulitan akibat Covid-19, Inggris kehilangan pangsa pasar di pasar ekspor terbesarnya, yakni Amerika Serikat dan Jerman. "Di beberapa negara tujuan ekspor utamanya - yakni Jerman, Amerika Serikat dan China - Inggris tampaknya telah mengalami penurunan (pangsa pasar) yang lebih tajam, dan mengalami pemulihan ekonomi yang lebih lambat, dan daya saing globalnya menyusut," kata laporan itu.

"Penurunan ekspor Inggris ke AS tampak paling tajam baik secara absolut maupun relatif dan paling lama di antara negara-negara utama Eropa (kecuali Prancis)," kata laporan penelitian tersebut.

Antara 2017 hingga 2019, Inggris meningkatkan total ekspor ke Jerman sebesar 8,5 persen, dan itu kurang dari pertumbuhan ekspor yang dicapai oleh Italia (12 persen), Belanda (14 persen) dan Spanyol (20 persen), serta Amerika Serikat (24 persen).

"Data ini sampai batas tertentu memberikan gambaran perlambatan ekspor Inggris ke Jerman setelah referendum Brexit 2016, yang mungkin mengindikasikan beberapa pemisahan antara kedua ekonomi," kata ekonom Jun Du dan Oleksandr Shepotylo dalam laporannya.

Riset yang didasarkan pada statistik perdagangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu juga menunjukkan bahwa Inggris kehilangan pangsa pasar di China. "Kombinasi pandemi Covid, Brexit dan tantangan produktivitas jangka panjang Inggris akan menempatkan bisnis-bisnis Inggris dalam posisi yang merugikan di masa mendatang," kata laporan itu.

Produktivitas Inggris yang relatif buruk telah mengganggu perekonomian selama bertahun-tahun. Penyebabnya bervariasi dari keterampilan karyawan yang buruk dan investasi penelitian yang rendah hingga faktor-faktor dari sisi permintaan seperti krisis keuangan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler