Reaktif Vs Responsif

Tanggapan reaktif pada umumnya melahirkan dampak yang kurang menguntungkan.

Republika/Mardiah
Ilustrasi Berpikir Negatif
Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, OLEH: HD Iriyanto (Inspirator Metamorphosis, Dosen Universitas Amikom Yogyakarta


Sudah setahun pandemi Covid-19 melanda negeri kita. Telah setahun perubahan radikal dan mengejutkan dialami oleh semua komponen bangsa. Jika awalnya yang pontang panting adalah ranah kesehatan, namun lambat laun semua ranah kehidupan merasakan hal yang sama. Pendidikan, pariwisata, olahraga, sampai ritual keagamaan. Semua kalang kabut menghadapi pandemi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Orang pun bertanya-tanya, kapan pandemi ini bakal berakhir. Semua pihak berharap dan berandai-andai alangkah indahnya bila pandemi Covid-19 segera berlalu. Yang diharapkan dan dibayangkan, aktivitas bisa kembali bergulir dengan leluasa.

Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik...

Alih-alih Covid-19 bisa segera berlalu, yang terjadi justru munculnya varian baru dari virus ini. Namanya Corona B 117 yang ditemukan pertama kali di Inggris, dan sekarang sudah masuk ke Indonesia. Berdasarkan analisis para ahli, virus ini disebut sebagai lebih mudah menular dan lebih cepat perkembangbiakannya.

Namun saya tidak akan membahas Corona B 117 lebih dalam lagi, karena saya tidak memiliki keilmuan dan kompetensi yang cukup. Kali ini saya lebih memilih untuk mengajak Anda mengembangkan respons yang positif dan proporsional dalam menanggapi masih berlangsungnya pandemi Covid-19 maupun munculnya Corona B 117.

Secara umum ada dua model seseorang atau sekelompok orang dalam menaggapi sebuah fenomena atau kejadian. Yang pertama disebut tanggapan reaktif. Sedangkan yang kedua dinamai tanggapan responsif. Tanggapan reaktif berisi tanggapan yang bersifat spontan, refleks, kental muatan emosinya, dan tanpa banyak pertimbangan. Sedangkan tanggapan responsif berisi tanggapan `wait and see', ada jeda, dan dipertimbangkan lebih dahulu sebelum membuat keputusan.

Lebih lanjut bisa dijelaskan bahwa tanggapan reaktif pada umumnya melahirkan dampak yang kurang menguntungkan. Mulai dari level cekcok atau adu mulut, sampai dengan adu jotos atau pengrusakan. Coba saja Anda amati tindakan para pendukung calon public leader yang dinyatakan kalah dalam proses pemilihan. Atau tindakan para suporter klub sepak bola tingkat kampung manaka la timnya menderita kalah ketika bertanding.

Sedangkan tanggapan responsif pada umumnya berwajah lebih santun dan penuh etika. Karena setiap pilihan keputusan atau tindakan yang bakal diambil selalu dipikirkan dan dipertimbangkan dengan matang. Apa sisi baik dan buruknya, apa sisi untung dan ruginya, serta apa sisi manfaat dan muda ratnya. Kalau tanggapan reaktif acapkali disertai dengan ekspresi yang meledak-ledak, maka tanggapan responsif seringkali lebih adem dan tenang.

Jika Anda lebih memilih untuk mengambil tanggapan responsif dalam menghadapi pandemi Covid-19 maupun datangnya Corona B 117, maka berikut ini ajakan yang perlu saya sampaikan. Pertama, tetaplah berpikir logis dan jernih. Kedepankan akal sehat, jangan membiarkan diri Anda dikuasai oleh pikiran dan emosi negatif. Dengan mengedepankan akal sehat, Anda bakal lebih bijak dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

Yang kedua, tetaplah beraktivitas dengan penuh kehati-hatian dan kewaspadaan. Sikap hati-hati bakal menghindarkan Anda pada tindakan yang sembrono dan vivere pericoloso (menyerempet bahaya). Sedangkan sikap waspada bakal menempatkan Anda pada tindakan yang sigap dan penuh percaya diri.

Persis seperti kedua tangan kita, tanggapan reaktif dan responsif ada pada diri kita. Mana yang lebih sering kita pakai, itulah yang bakal menunjukkan siapa kita yang sesungguhnya. Keep spirit & change your life.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler