Kronologi Kemunculan Klaster Sekolah di Tasikmalaya
Terdapat 20 orang dari klaster SMKN SPP Tasikmalaya dinyatakan positif Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kasus Covid-19 menyebar di SMKN SPP Tasikmalaya, yang berkokasi di Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, terdapat 20 orang yang terdiri dari guru, pegawai sekolah, dan siswa, yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Data dari dinas kesehatan sedikit berbeda dengan data dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Jabar). Berdasarkan data dari Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Provinsi Jabar Wilayah XII/Tasikmalaya, total terdapat 18 orang yang terkonfirmasi di lingkungan sekolah itu. Sebanyak 16 orang merupakan tenaga pendidik dan dua orang merupakan siswa.
"Total semua 18 orang, bukan 20 orang," kata Kepala KCD Pendidikan Provinsi Jabar Wilayaj XII/Tasikmalaya, Abur Mustikawanto, Senin (15/3).
Ia mengaku sudah melakukan pengecekan terkaiy klaster penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah itu. Menurut dia, tidak ada kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di sekolah itu.
Abur mengatakan, selama ini kegiatan di sekolah-sekolah di wilayah Tasikmalaya masih dilakukan secara daring. Sebab, KBM tatap muka masih belum diizinkan oleh Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 setempat.
Kendati kegiatan dilakukan secara daring, terdapat kegiatan penanaman pohon di SMKN SPP Tasikmalaya yang diikuti oleh guru dan tenaga pendidik lainnya beberapa hari yang lalu. Ketika itu, terdapat salah satu guru yang demam, tapi masih memaksakan mengikuti kegiatan.
Ia menambahkan, oleh kepala sekolah, guru tersebut diminta pulang dan istirahat. Guru itu juga diinstruksikan untuk menjalani tes swab.
"Saat dicek, guru itu dan keluarganya positif semua," kata Abur.
Usai mendapati hasil positif, kepala sekolah berinisiatif melakukan pengetesan massal kepada semua yang hadir dalam kegiatan penanaman pohon. Hasilnya, total terdapat 18 orang yang terkonfirmasi positif, termasuk dua orang siswa.
Abur menjelaskan, terpaparnya dua siswa bukan berarti di sekolah itu menggelar KBM tatap muka. "Kebetulan, sekolah itu menampung siswa tidak mampu yang diinapkan di sana (asrama). anak-anak itu, karena ada aktivitas guru mereka membantu," kata dia.
Ia menambahkan, di sekolah itu memang terdapat asrama yang khusus menampung siswa yang kurang mampu. Setidaknya, terdapat delapan siswa yang tinggal di asrama sekolah. Namun, hanya terdapat dua siswa yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Menurut dia, seluruh yang terkonfirmasi positif Covid-19 dari lingkungan sekolah ditangani dengan baik. Seluruhnya menjalani isolasi di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Tasikmalaya dengan kondisi sehat atau tanpa gejala.
"Sampai saat ini sudah berjalan isolasi 11 hari," kata Abur.
Ihwal informasi yang menyebutkan kepala sekolah juga terkonfirmasi positif, menurut dia, hal itu tak benar. Kepala sekolah dinyatakan negatif Covid-19.
Saat ini, pembelajaran di sekolah itu masih dilakukan secara daring. Hanya siswa yang berada di asrama yang mengkuti pelajaran secara tatap muka lantaran kondisi khusus.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra mengatakan, kasus itu bermula dari seorang guru yang mengalami gejala demam, batuk, dan pilek, tapi tetap memaksakan pergi ke sekolah. Setelah dites, guru tersebut ternyata terkonfirmasi positif Covid-19.
"Itu terus menyebar ke TU sekolah, lalu ada kegiatan dan menyebar ke guru yang lain. Selanjutnya, ternyata juga ada siswa dua orang, termasuk kepala sekolah positif terkonfirmasi," kata dia saat dihubungi Republika, Ahad (14/3).
Ia menjelaskan, hingga saat ini sudah sekitar 50 orang di lingkungan sekolah itu yang menjalani tes usap (swab). Secara total, terdapat 20 orang yang terkonfirmasi positif dari lingkungan sekolah itu. Dua orang di antaranya merupakan siswa, sementara sisanya adalah guru dan karyawan sekolah lainnya.