WHO Ingatkan Kontak Ibu-Bayi Wajib Meski Risiko Covid-19
WHO menyebut memisahkan ibu dengan bayi berisiko sebabkan kematian
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pandemi virus corona jenis baru (COVID-19) yang melanda dunia sejak tahun lalu telah mengubah penanganan medis terhadap bayi yang baru lahir, termasuk dengan sakit tertentu maupun kondisi prematur. Studi terbaru yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melihat bahwa tak sedikit yang harus dipisahkan dari ibu mereka dan pada akhirnya berisiko mengalami masalah kesehatan jangka panjang, bahkan kematian.
WHO menemukan bahwa selama pandemi COVID-19, terdapat ribuan petugas layanan kesehatan neonatal di seluruh dunia tidak mengizinkan ibu yang dinyatakan positif COVID-19 atau dicurigai terinfeksi virus corona jenis baru melakukan kontak kulit (skin-to-skin) dengan bayi mereka. Selain itu, hampir seperempat dari mereka yang disurvei dalam studi ini tidak memperbolehkan kegiatan menyusui dilakukan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Lancet E-clinical Medicine menunjukkan bahwa kondisi ibu dan bayi yang baru lahir tetap bersama, membuat bayi memiliki apa yang disebut sebagai ‘perawatan kangguru’. Ini melibatkan kontak awal yang sangat dekat antara keduanya, di mana hal ini tercatat dapat menyelamatkan lebih dari 125.000 nyawa.
Pakar WHO untuk kesehatan ibu dan bayi baru lahir Anshu Banerjee mengatakan bahwa bayi yang baru lahir di seluruh dunia memiliki hak atas kontak penyelematan hidup yang mereka butuhkan dengan orang tua mereka. Hal ini menurutnya tidak boleh diabaikan karena pandemi COVID-19.
“Kemajuan selama beberapa dekade dalam mengurangi kematian anak akan terancam kecuali kita bertindak sekarang," ujar Banerjee dalam sebuah pernyataan, dilansir Asia One, Selama (16/3).
WHO menegaskan bahwa para ibu, terlepas apapun kondisinya terkait COVID-19 harus tetap berada di kamar yang sama dengan bayi mereka setelah melahirkan. Menyusui tetap harus dilakukan, termasuk kontak kulit.
Sebelumnya, penelitian di jurnal BMJ Global Health juga menemukan bahwa dua pertiga dari 1.120 petugas kesehatan yang disurvei di seluruh dunia mengatakan akan memisahkan ibu dan bayi yang memiliki hasi tes positif COVID-19 atau dicurigai terinfeksi virus corona jenis baru. Lebih dari 85 persen dari mereka yang disurvei melaporkan mengkhawatirkan kesehatan mereka sendiri, dengan kekurangan alat pelindung diri (APD), stres dan keselamatan.
Di beberapa rumah sakit, survei menemukan, sumber daya penting termasuk staf dan pasokan oksigen dipindahkan dari bangsal bayi baru lahir ke bangsal khusus untuk pasien COVID-19.