Harga Makanan dan Bahan Bakar di Myanmar Terancam Melejit
Harga beras naik 25-35 persen di beberapa kota di Negara Bagian Kachin, Myanmar
REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Program Pangan Dunia (WFP) mengeluarkan pernyataan dari pertengahan bulan Januari ke pertengahan Februari harga beras di Myanmar merangkak naik di atas rata-rata tiga persen. Tapi harga beras naik 25 hingga 35 persen di beberapa kota di Negara Bagian Kachin yang terletak wilayah paling utara di Myanmar.
WFP juga mengatakan mulai awal Februari harga ritel minyak sawit di negara itu naik 20 persen. WFP mengatakan kerusuhan yang terjadi sejak bulan lalu berdampak negatif pada rantai pasokan dan pasar Myanmar.
"Ini tanda-tanda awal masalah, terutama bagi masyarakat yang paling rentan yang hidup dari satu piring ke piring berikutnya," kata Direktur WFP Myanmar Stephen Anderson, seperti dikutip Voice of Amerika, Selasa (16/3).
"Bila tren kenaikan harga ini terus berlanjut ditengah puncak pandemi Covid-19, maka benar-benar memukul keras kemampuan masyarakat yang paling miskin dan rentan untuk menyediakan makanan untuk keluarga mereka," kata Anderson.
Sementara itu, pemerintah militer Myanmar memperluas darurat militer di seluruh negeri satu hari setelah hari paling mematikan sejak kudeta 1 Februari lalu. Pada Ahad (15/3) lalu, sekitar 50 orang dilaporkan tewas ketika tentara dan polisi melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa di berbagai daerah.
Baca juga : NATO Tambah Anggaran Militer Meski Pandemi
Pengunjuk rasa menuntut militer membebaskan pemimpin pemerintah sipil Aung San Suu Kyi dan pemimpin-pemimpin partai National League for Democracy (NLD) yang memenangkan pemilihan umum bulan November lalu.
Militer mengklaim pemilihan tersebut diwarnai kecurangan. Hingga kini Suu Kyi masih ditahan di lokasi yang tidak diketahui dan para pendukungnya mengatakan dakwaan terhadapnya direkayasa. Ia harusnya tampil melalui video konferensi di sidangnya Senin (15/3) kemarin tapi sidang ditunda karena masalah internet.
Pada Selasa (16/3), BBC melaporkan awalnya militer mendeklarasikan darurat militer di dua distrik di Yangon, kota terbesar di Myanmar pada Ahad (14/3) kemarin. Setelah pabrik-pabrik China diserang. Lalu darurat militer diberlakukan di sejumlah wilayah lain di Yangon dan Mandalay. Kini pengunjuk rasa dapat diadili di pengadilan militer.
Pengunjuk rasa yakin China mendukung militer Myanmar tapi belum diketahui siapa di balik serangan pabrik-pabrik China akhir pekan kemarin. Sebagian besar korban jiwa dilaporkan di Yangon.