Studi: Penderita Covid-19 Beresiko Alami Stroke
Risiko stroke meningkat terutama pada pria kulit hitam.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penelitian terbaru mengungkap pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke. Kondisi tersebut dibandingkan dengan pasien yang memiliki kondisi infeksi serupa seperti influenza dan sepsis.
Mereka yang mengalami stroke iskemik kategorinya cenderung lebih tua, berjenis kelamin laki-laki, ras kulit hitam, atau memiliki tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, detak jantung tidak teratur (fibrilasi atrium) dibandingkan dengan pasien Covid-19 lainnya. Untuk analisis ini, para peneliti mengakses American Heart Association untuk menyelidiki risiko stroke di antara pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19, karakteristik demografis, riwayat medis, dan kelangsungan hidup di rumah sakit.
Data Covid-19 yang diambil untuk penelitian ini mencakup lebih dari 20 ribu pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 di seluruh Amerika Serikat antara Januari dan November 2020. Temuan ini menunjukkan Covid-19 dapat meningkatkan risiko stroke, meskipun mekanisme pastinya masih belum diketahui.
"Saat pandemi berlanjut, kami menemukan coronavirus bukan hanya penyakit pernapasan, tetapi penyakit pembuluh darah yang dapat memengaruhi banyak sistem organ," kata penulis studi sekaligus ahli Kardiologi, University of Washington, Saate S. Shakil dilansir dari News-Medical pada Sabtu (20/3).
Penelitian itu mencatatkan 281 orang (1,4 persen) dalam CVD Covid-19 mengalami stroke yang dikonfirmasi oleh pencitraan diagnostik selama rawat inap. Dari jumlah tersebut, 148 pasien (52,7 persen) mengalami stroke iskemik; 7 pasien (2,5 persen) mengalami serangan iskemik transien (TIA); dan 127 pasien (45,2 persen) mengalami stroke berdarah atau jenis stroke yang tidak dijelaskan.
"Kami tahu pandemi Covid-19 telah memengaruhi ras secara tidak proporsional, tetapi penelitian kami menunjukkan orang kulit hitam Amerika mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke iskemik setelah tertular virus," ujar Shakil.
Shakil menyampaikan stroke dapat memiliki konsekuensi yang menghancurkan. Bahkan pemulihan dari Covid-19 seringkali merupakan jalan yang sulit bagi mereka yang bertahan hidup.
"Kedua penyakit itu menimbulkan kerugian yang signifikan pada pasien," ucap Shakil. "Lebih penting dari sebelumnya kita harus mengekang penyebaran Covid-19 melalui intervensi kesehatan masyarakat dan distribusi vaksin yang meluas," lanjut Shakil.
Pada April 2020, American Heart Association membuat Daftar CVD Covid-19 dalam beberapa pekan setelah deklarasi pandemi global untuk mengumpulkan dan memberikan wawasan dengan cepat kepada pasien yang dirawat di rumah sakit karena virus korona baru. Infrastruktur registri Get With the Guidelines yang kuat dari Asosiasi memungkinkan pengumpulan data cepat, termasuk lebih dari 37 ribu catatan pasien dan lebih dari 135 ribu laporan lab, dengan lebih dari 160 situs pendaftaran terdaftar (data per 23/2/21).