Sidebar

Wapres Harap Dana ZIS Bantu Kurangi Tekanan Pandemi

Monday, 05 Apr 2021 19:12 WIB
Wapres Harap Dana ZIS Bantu Kurangi Tekanan Pandemi. Foto: Wakil Presiden Maruf Amin

IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Wakil Presiden Ma'ruf Amin berharap peran besar dana zakat, infak, sedekah (ZIS) maupun dana sosial keagamaan lainnya (DSKL) dalam mengurangi tekanan ekonomi dampak pandemi Covid-19. Wapres mengatakan, pandemi selama setahun terakhir ini berdampak pada peningkatan angka kemiskinan tahun 2020 di Indonesia. 

Baca Juga


Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan persentase penduduk miskin pada September 2020 sebesar 10,19 persen, meningkat 0,97 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan estimasi kerugian akibat pandemi yang ditanggung sektor UMKM di Indonesia mencapai kisaran Rp1.594 triliun.

"Selain APBN yang bekerja keras menahan laju dampak pandemi terhadap perekonomian negara, saya meyakini gerakan sosial kemanusiaan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat juga turut membawa dampak positif," kata Wapres saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Zakat Tahun 2021 secara daring, Senin (5/4).

Wapres mengungkapkan, beberapa hasil riset menyebutkan, zakat, infak dan sedekah (ZIS) dan dana sosial keagamaan lainnya (DSKL) memiliki peran besar dalam mengurangi tekanan dampak pandemi, khususnya bagi masyarakat kecil. Karena itu, ia mendorong peningkatan penyaluran zakat, infak, dan sedekah untuk mendorong realisasi zakat yang masih jauh dari potensinya.

Wapres juga menghimbau untuk mengerahkan sumber daya yang ada dan meningkatkan kualitas pengelolaan zakat. Meskipun Baznas mencatat peningkatan zakat secara nasional pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. 

"Hal ini tentu sangat baik, namun kita juga menyadari bahwa realisasi tersebut masih jauh dari potensi zakat di Indonesia yang sangat besar," kata Ma'ruf.

Dia menyebutkan Berdasarkan Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ) per tahun 2019 tercatat potensi zakat Indonesia senilai Rp233,8 triliun. Sedangkan data Outlook Zakat Indonesia 2021 menyebutkan potensi zakat Indonesia pada tahun 2020 mencapai Rp327,6 triliun.

Potensi terbesar tahun 2020 adalah zakat perusahaan Rp144,5 triliun, kemudian ada zakat penghasilan dan jasa Rp139,07 triliun, zakat uang Rp58,76 triliun, zakat pertanian Rp19,79 triliun, dan zakat peternakan Rp9,52 triliun.

Menurutnya, riset gabungan Baznas dengan berbagai lembaga dari seluruh potensi tersebut, tercatat sekitar Rp61,258 triliun penghimpunan ZIS tidak melalui Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) resmi pada 2020. Adapun secara nasional pada 2019 penghimpunan ZIS yang melalui OPZ resmi baru mencapai Rp10,2 triliun.

"Riset Baznas tersebut ternyata memperlihatkan bahwa potensi zakat yang mencapai Rp327,6 triliun, namun demikian jumlah yang terealisasi baru mencapai Rp 71,4 triliun. Dari jumlah ini Rp 61,2 triliun tidak melalui OPZ resmi,dan hanya Rp 10,2 triliun yang melalui OPZ resmi," ungkapnya.

Ia meyakini penyaluran ZIS ini setidaknya memberikan kontribusi penting dalam tiga hal. Pertama, kepada mustahik (penerima zakat) baru, khususnya yang menanggung beban ekonomi akibat pandemi.

Kedua, zakat pada sektor pendidikan, sosial dan kemanusiaan, antara lain dimanfaatkan dalam aspek pencegahan Covid-19, seperti kampanye dan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penerapan protokol kesehatan.

"Selain itu, zakat juga disalurkan dalam berbagai bentuk bantuan sosial bagi masyarakat dan UMKM yang rentan maupun merugi akibat pandemi," ujar Ma'ruf.

Wapres melanjutkan, di sektor kesehatan, zakat juga telah berkontribusi secara efektif. Antara lain bantuan dalam penyaluran APD untuk rumah sakit, penyediaan ruang isolasi mandiri di daerah yang membutuhkan, pemulasaraan jenazah, hingga penyediaan fasilitas cuci tangan dan disinfeksi di ruang-ruang publik.

Karenanya, ia mendorong sinergi dan kolaborasi antara Kementerian/Lembaga yang menangani zakat dalam rangka mengoptimalkan pengumpulan dan penyaluran ZIS dan DSKL melalui Baznas dan LAZ yang ada.

Ia berharap Rakornas Zakat Tahun 2021 dapat menjadi sebuah forum yang produktif dan transformatif yang mampu merumuskan rekomendasi dan program zakat.

"Yang secara signifikan meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia, khususnya para muzakki, agar terdorong untuk menunaikan zakat," ungkapnya.

 

 

 

 

 

 

Berita terkait

Berita Lainnya