BPIP Dukung Program Jayakarta Benteng Pancasila
Belakangan ini ada pihak yang merongrong Pancasila melalui jalur paling bawah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Kodam Jaya meresmikan Jayakarta Benteng Pancasila di Makodam Jaya, Cililitan, Jakarta Timur pada Rabu (7/4). Peresmian program pembumian Pancasila tersebut dihadiri jajaran BPIP, Kodam Jaya, TNI/Polri, tokoh agama, dan pemerintah daerah. "Belakangan ini ada pihak yang merongrong Pancasila melalui jalur paling bawah. Mereka membangun basis di kampung-kampung. Kemudian melibatkan perempuan, bahkan anak-anak," kata Kepala BPIP Yudian Wahyudi.
"Kami berharap program dilanjutkan. Pimpinan lain bisa mengambil best practice dari Pangdam Jaya. Nanti ada Benteng Pancasila lain di seluruh Indonesia," kata pemilik pondok pesantren Nawesea ini.
Program tersebut bersifat edukasi, khususnya edukasi terhadap generasi milenial. Melalui berbagai platform seperti Tik Tok, Instagram dan YouTube. Adapun kontennya berupa dongeng, komik, cerita pendek, webseries. Selain itu, Jayakarta Benteng Pancasila juga membuat Kampung Pancasila.
Sebuah program yang sudah lebih dulu diimplementasikan baik oleh BPIP. "Mengajak masyarakat untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila serta memperkuat kembali hubungan sesama masyarakat dengan menggunakan Pancasila sebagai pondasinya," ujar Panglima Kodam Jaya/Jayakarta Mayjen TNI Dudung Abdurachman.
Usai seremoni, Yudian juga menyampaikan pihaknya tengah melibatkan 120 ahli dari lintas disiplin ilmu dan agama untuk membuat 15 buku ajar Pancasila. "Buku ajar Pancasila ini dari yang terendah PAUD sampai perguruan tinggi. Di situ, hari ini, dibuatlah 15 text book dari paling bawah sampai perguruan tinggi tadi untuk pendidikan formal," tutur Yudian.
"Medianya pakai medsos berlapis-lapis. Ada audio animasi untuk anak TK yang belum bisa baca, lebih funlah. Guru hanya menyampaikan satu dua hal," ujar pria asal Banjarmasin ini.
Soal materi ajar, ada pula yang berbentuk selain buku. "Mereka juga dikasih animasi, film, musik, dongeng, dan olahraga. Jadi kita dekati milenial, sebagaimana yang mereka pahami sebagai dunia, bukan kita orang tua. Pancasila bisa diserap anak-anak dengan mudah. Jadi alamiah. Kira-kira begitu. Itu di sekolah," kata Yudian.