Suasana Subuh di Kota Madinah Era Rasulullah
IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang penuh keteladanan. Tak terkecuali dalam hal ibadah, umat Islam meniru apa yang dikerjakan Nabi. Maka tak heran apabila suasana subuh di Kota Madinah era Rasulullah memiliki ciri khas yang unik.
Syekh Aidh Al-Qarni dalam buku Sentuhan Spiritual dijelaskan, terdapat kisah yang dinukil dari para sahabat dan tabi’in. Konon jika ada orang berlalu melewati rumah-rumah para sahabat dan tabi’in di waktu subuh, maka terdengar gemuruh seperti suara lebah.
Suara tersebut tidak lain berupa bacaan doa, tangisan, dan tartil Alquran. Inilah yang terjadi di Kota Madinah era Nabi Muhammad SAW. Syekh Aidh Al-Qarni pun lantas membandingkannya dengan suasana subuh yang terjadi di mayoritas kota-kota umat Muslim saat ini.
Apakah umat Islam saat ini di waktu subuh tidak berhenti menangis, berdoa, dan membaca Alquran? Doa, tangisan, dan bacaan Alquran yang terwujud karena takut kepada Allah, menurut beliau, sekarang berganti dengan gemuruh suara musik, nyanyi-nyanyian, dan goyangan.
Dari Abu Hatim bahwa Rasulullah pernah suatu malam berjalan untuk mencari tahu bagaimana para sahabatnya menjalankan shalat. Bagaimana mereka berda dan bagaimana mereka menangis. Hingga beliau mendengar seorang wanita tua membaca ayat Alquran sambil menangis.
Wanita itu membaca Surah Al-Ghasiyah ayat 1, Allah berfirman: “Hal ataaka haditsul-ghaasyiyah,”. Yang artinya: “Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?”. Wanita itu membaca berulang-ulang dan selalu menangis. Mendengar bacaan tersebut, Rasulullah hanya bisa menangis dan menyandarkan kepalanya di daun pintu rumahnya.
Kemudian Nabi berkata: “Ya, telah datang kepadaku berita itu,”. Melalui kisah ini, Syekh Aidh Al-Qarni kemudian mencoba mengingatkan kembali kepada umat Islam saat ini, khususnya anak muda yang masih gagah perkasa memiliki kesempatan dan kekuatan fisik, untuk tidak henti beribadah dan memohon pengampunan dari Allah SWT.