100 Hari Joe Biden: Menata Ulang Hubungan Transatlantik AS-Jerman

100 Hari Joe Biden: Menata Ulang Hubungan Transatlantik AS-Jerman

100 Hari Joe Biden: Menata Ulang Hubungan Transatlantik AS-Jerman
Rep: deutsche welle Red: deutsche welle

Tradisinya hampir satu abad, setiap presiden AS dinilai pada 100 hari pertama dalam jabatannya. Ini masa yang sangat singkat, apalagi dalam konteks diplomasi internasional. Tetap Joe Biden bukan orang baru dalam bidang politik luar negeri. Dia sejak lama dikenal di panggung internasional dan diakui secara luas sebagai politisi yang berpengalaman.


Dalam pidato kebijakan luar negerinya Februari lalu, Joe Biden menegaskan lagi, tujuan diplomasi adalah terutama membela "kepentingan Amerika". Tentu saja, dia sedang berusaha mengirim sinyal kepada para pendukung Donald Trump, yang dulu sukses menarik perhatian dengan motto "America first".

Namun pada saat yang sama, Joe Biden juga menegaskan, dia akan berusaha mengaitkan agenda domestik dan global untuk menunjukkan kepada para pemilih Amerika, bahwa menjalin kemitraan internasional adalah kebijakan terbaik memperjuangkan kepentingan mereka.

Minggu yang lalu, janji itu diwujudkan dengan menggelar KTT iklim Gedung Putih, yang melibatkan sekitar 40 pemimpin dunia. KTT virtual itu bahkan berhasil membujuk berbagai negara, terutama Cina, Rusia dan India, untuk meningkatkan target iklimnya masing-masing, sesuatu yang gagal dicapai oleh KTT Iklim PBB.

Pesan AS untuk Jerman: Lakukan sesuatu

"Sejak hari pertama, prinsip dasar pemerintahan Biden-Harris adalah melibatkan kembali dan berkonsultasi dengan negara-negara sahabat dan mitra seperti Jerman, lebih awal dan lebih sering," kata Robin Quinville, Wakil Dubes AS di Berlin kepada DW. Saat ini, dia sekaligus menjadi caretaker Dubes, sebelum ada duta besar yang baru baru di Berlin.

Joe Biden telah memberi sinyal jelas, dengan membekukan keputusan Donald Trump untuk menarik ribuan pasukan dari Jerman. Bahkan pemerintahan Biden sekarang menempatkan 500 serdadu tambahan di Jerman. Bagi AS, Jerman sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Eropa adalah mitra penting, terutama untuk membatasi pengaruh Cina atas pasar Eropa, sekaligus menghadapi provokasi Rusia di Eropa timur.

Penting bagi Jerman menerima uluran tangan Joe Biden, kata Jackson Janes, peneliti senior di German Marshall Fund, kepada DW. Jika tidak, itu hanya akan membuka peluang empat tahun ke depaan, kalau Donald Trump kembali tampil mencalonkan di pemilu presiden 2024. Pesan Joe biden kepada Jerman: "Mari lakukan sesuatu," kata Janes.

Pada KTT Iklim Gedung Putih, Kanselir Angela Merkel menekankan sekali lagi, dia senang AS kembali terjun ke dalam urusan global. Selain soal iklim, kedua belah akan pihak berupaya untuk bekerja sama mengamankan rantai pasokan dan mengembangkan teknologi generasi baru sebagai upaya menghadang dominasi China.

Pergeseran generasi

Setelah 100 hari, Jerman saat ini masih menunggu calon Duta Besar AS yang baru. "Bukan hal yang aneh, kalau ada masa pertimbangan yang cukup lama", kata mantan duta besar AS di Jerman, James D. Bindenagel, kepada DW. Bulan-bulan pertama seorang presiden adalah waktu untuk "mengamati" hubungan dengan negara lain sambil, mengisi ratusan jabatan di pemerintahan, tambahnya.

Bindenagel juga mengingatkan, para pakar trans-atlantik saat ini yang ada di pemerintahan semuanya sebenarnya berasal dari masa lalu, padahal situasi sekarang sudah berubah. Mantan dubes AS di Jerman yang sekarang menjadi dosen hubungan internasional di Bonn itu menambahkan, banyak siswanya di Universitas Bonn saat ini tidak mengalami lagi apa yang disebut Perang Dingin atau malah tidak tahu lagi soal perpecahan Jerman Barat dan Timur.

"Dunia telah berubah sekarang. Poin-poin referensi yang dulu berlaku sekarang hilang," kata Bindenagel. Namun dia menekankan, meskipun menjadi presiden tertua dalam sejarah AS, Joe Biden "mengerti" adanya pergeseran generasi.

Pemilihan umum Jerman pada bulan September akan menunjukkan, seberapa jauh tongkat kepemimpuan beralih ke generasi baru dengan berakhirnya era Angela Merkel. Untuk pertamna kalinya dalam sejarah Jerman, Partai Hijau memiliki peluang merebut kursi kanselir.

(hp/as)

Lihat Artikel Asli
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Berita Terpopuler