Teladan Khalifah Abdul Malik Belajar Ilmu Saat Manasik Haji
IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Pada Dzulhijjah 97 Hijriah, manusia dari berbagai penjuru datang menyambut seruan Allah SWT untuk menunaikan ibadah haji. Mereka berdatangan dengan naik kendaraan dan berjalan kaki.
Dikisahkan Abu Nada Dalam Bukunya "Bintang-Bintang Yang Terang" rombongan manusia itu datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah datang ke Makkah mereka beribadah dengan khusyuk penuh ketundukan, penuh harap dan sukacita.
"Di antara para jamaah haji, tampak khalifah Sulaiman bin Abdul Malik sedang thawaf mengelilingi Ka'bah dan diiringi dua putra beliau," tulisnya.
Selesai tawaf, Khalifah menghampiri orang kepercayaannyam dan bertanya:
"Di mana beliau (Atha bin Abi Rabah)...? tanya Khalifah
"Di sana wahai Amirul Mukminin beliau sedang sholat," jawab orang kepercayaannya itu.
Khalifah lalu berjalan mendekati Atha Bin Abi Rabah yang sedang tafakur.
Seorang pengawalnya meminta agar orang-orang minggir memberi jalan kepada Khalifah. Namun dengan tegas Khalifah Abdul Malik mencegahnya dan berkata:
”Di tempat ini, tidak ada bedanya antara seorang raja dengan rakyat biasa," kata Khalifah Abdul Malik.
"Orang yang derajatnya mulia adalah yang paling bertakwa dan paling bagus amalnya. Bisa saja, seseorang kelihatan kusut, tapi amalnya diterima Allah. Sedangkan raja yang kelihatan mulia di mata manusia, ternyata Allah tolak amalnya," begitu kata Khalifah.
Amirul Mukminin Abdul Malik kemudian memerintahkan putranya dan para pengawalnya duduk bersama orang untuk menunggu orang yang mereka cari menyelesaikan sholatnya.
Lelaki itu...."Orang ethiopia kulitnya hitam, rambutnya keriting selesai sholat, Syekh itu mengarahkan pandangannya ke arah tempat khalifah duduk.
"Assalamualaikum," kata khalifah kepada Syekh Atha bin Abi Rabah.
Selesai saling sapa Khalifah dan Syekh Atha bin Abi Rabah yang dicarinya jauh-jauh hari itu larut dalam pembicaraan masalah ilmu, terutama tentang ilmu manasik haji. Di sinilah Khalifah Abdul Malik kemudian memanfaatkan kesempatannya itu untuk bertanya tentang hukum-hukum manasik haji.
Setiap pertanyaan beliau dijawab dengan sabar. Semua jawabannya yang disampaikan Atha selalu berdasarkan pada hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Setelah mendapatkan semua jawaban atas pertanyaan, Khalifah kemudian mengajak kedua putranya pergi dari tempat itu.
Ketika khalifah sedang melakukan sa'i di antara Safa dan Marwah kedua putranya mendengar seseorang berseru.
"Wahai kaum muslimin tidak ada yang berhak memberi fatwa di tempat ini kecuali Atha bin Abi Rabah. Jika tak bertemu beliau hendaknya menemui Abdullah bin Abi Najih.
Mendengarkan seruan itu kedua anak Khalifah berseru. "Ayah baru saja ada pengumuman bahwa yang berhak memberi fatwa di sini adalah Atha bin Abi Rabah. Kenapa ayah tadi bertanya kepada lelaki tua itu?”
Dengan senyum Khalifah menjawab.
"Anakku lelaki tua itu Atha bin Abi Rabah beliau mewarisi banyak ilmu dari sahabat nabi Abdullah bin Abbas."