Jokowi: Pandemi Kuak Banyak Kekurangan di Sektor Pendidikan
Kekurangan di antaranya kesenjangan digital antarsiswa ataupun antardaerah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, adanya pandemi Covid-19 dalam satu tahun terakhir justru membuka mata pemerintah bahwa masih banyak kekurangan di sektor pendidikan. Presiden mengamini pernyataan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim yang menyebutkan bahwa pandemi memperjelas kenyataan pendidikan Tanah Air.
Sejumlah tantangan besar yang terpampang jelas selama pandemi, antara lain kesenjangan digital antarsiswa ataupun antardaerah, akses internet yang tidak merata di setiap wilayah, akses guru berkualitas yang juga belum rata, hingga penganggaran di dalam APBN yang tidak memprioritaskan daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) di Indonesia. "Jadi ketahuan semua, ketahuan semuanya, kelihatan semuanya karena pandemi ini. Dan ini jadi koreksi kita dan jadi bahan evaluasi kita untuk kita perbaiki," ujar Presiden Jokowi dalam siniar (podcast) edisi Hari Pendidikan Nasional, Ahad (2/5).
Pandemi, ujar presiden, memang memaksa para guru, tenaga kependidikan, dan murid untuk bisa melompat jauh dalam beradaptasi dengan teknologi digital. Pembelajaran jarak jauh menjadi sangat tergantung dengan infrastruktur teknologi informasi.
"Kalau pakai cara lama, pendidikan tidak bisa jalan di era pandemi ini, nggak akan bisa. Perlu cara baru, digital, hybrid, ini dan kita harus cepat adaptasi," kata Jokowi.
Perkara adaptasi dalam menjalankan pembelajaran jarak jauh ini diakui presiden, bukan hal mudah. Pemerintah mendapat tanggung jawab utuk membuat pembelajaran bisa tersampaikan dengan baik, khususnya untuk level pendidikan dasar.
"Kondisi pandemi ini kita manfaatkan untuk evaluasi, mengoreksi total dunia pendidikan kita. Pandemi juga jangan menjadi penghalang untuk mencapai kemajuan," kata Jokowi.
Mendikbudristek Nadiem Makarim menambahkan, adanya pandemi memang memberikan tantangan besar bagi seluruh ekosistem pendidikan nasional. Namun, ada sisi positif yang bisa diambil dari pandemi ini, yakni lompatan besar bagi seluruh insan pendidikan dalam mempelajari berbagai platform teknologi digital.
"Belum pernah kita melihat jumlah guru yang hari ini terpaksa untuk mempelajari berbagai macam platform pendidikan. Itu kalau ngga ada pandemi ngga mungkin pak, bisa 10 tahun kita mencapai itu. Tapi karena pandemi, jumlah guru dan orang tua yang belajar teknologi pak, luar biasa," kata Nadiem.
Nadiem pun meyakini seluruh tantangan berat dalam pembelajaran jarak jauh ini bisa segera teratasi dengan pengendalian Covid-19 yang semakin baik dan proses vaksinasi yang terus dikebut. Targetnya, seluruh guru dan tenaga pendidikan di Indonesia sudah divaksinasi paling lambat Juni 2021. Sehingga pada Juli atau bertepatan dengan mulainya tahun ajaran baru, pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas bisa dimulai.
"Sekarang banyak sekali orang tua tidak diberikan opsi untuk tatap muka. Jadi sudah sangat baik kebijakan kalau gurunya sudah divaksin. Sekolah itu wajib membuka opsi tatap muka, tetapi orang tua tidak wajib mengirimkan anaknya ke sekolah kalau orang tuanya tidak nyaman," ujar Nadiem.