Mengenal Serba-Serbi NFT di Dunia Blockchain

NFT tidak dapat diduplikasi karena token tersebut berada di ekosistem blockchain.

David Roth
Meme internet
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/Setyanavidita Livikacansera Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi blockchain kerap diasosiasikan dengan dunia cryptocurrency lainnya. Namun, dalam satu tahun terakhir, istilah nonfungible token atau (NFT) makin sering terdengar.

Baru-baru ini, sebuah lukisan NFT milik Denny JA yang diberi judul:  'A Portrait of Denny JA: 40 Years in the World of Ideas’, terjual dengan harga Rp 1 milar. Ini menjadi catatan pertama sebuah karya NFT di Indonesia yang laku terjual dengan harga setinggi itu.

Apa sih NFT itu? Saat ini, NFT menjadi bagian dari dunia kripto dan menyasar para kolektor seni, musikus, olahraga, dan pastinya para pecinta gaming. Pengulas teknologi untuk profesional kreatif Brad Colbow dalam videonya menjelaskan, NFT tidak dapat diduplikasi karena token tersebut berada di ekosistem blockchain.

Baca Juga



Blockchain merupakan ledger atau buku besar yang mencatat berbagai transaksi digital yang berlangsung di dalam ekosistemnya. Setiap catatan perlu diverifikasi oleh banyak komputer. Hal ini, membuat berbagai transaksi yang terjadi dalam blockchain tidak bisa diubah, dihapus, dan diretas.

Dilansir dari Ivan on Tech Academy, Kamis (11/3), banyak influencer dan ahli di industri blockchain meyakini kombinasi blockchain dengan industri seni dapat menjadi game-changer dan mendorong adopsi massal teknologi kripto. "Saat ini, NFT atau seni kripto telah secara dramatis mengubah dunia seni," ujar Colbow.

Baca juga : Penjelasan Ilmuwan Tentang Efek Samping Vaksin Covid-19

 

Serba-serbi NFT
1. Salah satu NFT termahal adalah Dragon dari platform game blockchain CryptoKitties. Kucing digital ini dijual seharga 600 ETH, atau sekitar 200 ribu dolar Amerika Serikat (AS) pada 2018. Saat ini, jumlah token yang sama berharga sekitar 1 juta dolar AS.

CryptoKitties adalah salah satu platform yang menjadi pionir penerapan teknologi blockchain untuk tujuan hiburan. Platform ini dikembangkan oleh studio Axiom Zen.

Sama seperti kucing asli, setiap kucing virtual memiliki DNA unik dan karakteristiknya yang disebut cattributes dan dapat diturunkan ke keturunannya. Setiap kucing virtual ini unik dan tidak dapat direplikasi atau dipindahkan tanpa izin dari pemiliknya.

2. Pada 3 Maret lalu, Kings of Leon menjadi band pertama yang merilis albumnya dalam bentuk NFT. Dikutip dari Rolling Stones, Jumat (12/3), album dalam bentuk NFT ini dijual seharga 50 dolar AS dengan fitur tambahan, seperti kover album yang bisa bergerak.

Menurut CEO YellowHeart yang menggarap NFT album Kings of Leon, Josh Katz, dalam dua dekade terakhir, industri musik telah mengalami devaluasi harga yang begitu signifikan. "Dengan hadirnya teknologi blockchain dan NFT, musikus yang menjual satu item karyanya seharga 1 dolar AS, dan berhasil menjual 100 ribu item, akan menerima 100 ribu dolar AS," ujarnya menjelaskan.

3. Meme-meme internet juga laku dijual sebagai NFT dengan harga selangit. Meme internet 'disaster girl' laku terjual 500 ribu dolar AS atau Rp 7,2 miliar sebagai NFT. Si pemilik NTF ini adalah Zoe Roth.

Roth bukan bintang meme pertama yang memanfaatkan karya seni berbasis cryptocurrency menjadi sebuah kekayaan. Chris Torres-pencipta Nyan Cat- menjual NFT pelangi, kucing bertubuh Pop-Tart seharga hampir 600 ribu dolar AS atau Rp 829 juta.

Pemilik meme internet lainnya, seperti Kyle Craven juga mendapatkan keuntungan dari ketenaran internet. Gambar meme asli Craven dijual seharga 36 ribu dolar atau Rp 520 juta. Sementara Laina Morris menjual meme-nya seharga 411 ribu dolar AS atau Rp 5,9 miliar pada awal April.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler