Sidebar

Makkah, Monoteisme, dan Hajar Aswad

Wednesday, 05 May 2021 17:03 WIB
Makkah, Monoteisme, dan Hajar Aswad. Foto: Suasa kehidupan suku Quraisy di Makkah, masa lalu. (liustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pada Selasa (4/5), media Arab Saudi melaporkan pihak berwenang Arab Saudi merilis gambar terbaru Hajar Aswar. Mereka mengambil 1.050 foto menggunakan teknologi Fox Stack Panorama yang menghasilkan gambar beresolusi tinggi. Gambar 49 ribu megapiksel itu diambil selama tujuh jam dan membutuhkan waktu sepekan untuk mengedit. Ini merupakan tindakan pertama kalinya otoritas dapat menunjukkan Hajar Aswad secara detail.

Hajar aswad, batu hitam yang berada di Ka’bah menjadi serbuan para jamaah untuk menciumnya. Sebenarnya, bagaimana asal-muasal hajar aswad?

Tujuan utama Tuhan mengirimkan nabi dan utusan-Nya untuk mengembalikan mereka ke kebenaran dan mengajar tentang moralitas melalui kata-kata dan perilaku.

Salah satu utusan awal adalah Nabi Nuh yang mengutuk penyembahan berhala umatnya tapi sebagian besar dia harus menghadapi ejekan dan penolakan dari kaumnya. Seiring berjalannya waktu, generasi selanjutnya lupa akan tujuan awal dari menyembah patung. Oleh karena itu, penyembahan berhala adalah penyimpangan dari agama monoteisme.

Makkah dan monoteisme

Beberapa catatan menunjukkan Adam dan Hawa adalah dua orang pertama yang membangun Ka'bah, bangunan yang terus menjadi kiblat shalat umat Islam di seluruh dunia. Kemudian, dua nabi, yaitu Ibrahim dan anaknya Ismail mengangkat pembangunan Ka'bah di atas fondasi aslinya dan berdoa kepada Allah untuk membangkitkan generasi orang beriman di sekitarnya.

Dengan demikian, suku-suku Arab yang berdiam di wilayah tersebut, termasuk Quraisy, tidak hanya menelusuri garis keturunan biologis mereka ke Ibrahim tapi juga garis keturunan spiritual mereka. Orang-orang Makkah dari generasi- sebelum Muhammad melakukan penghambaan yang memalukan kepada berhala yang mereka ukir dengan tangan mereka sendiri.

Dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisam, asal muasal penyembahan berhala ini diketahui dari seorang pemimpin yang disebut Amr bin Luhayy, yang membawa berhala bernama Hubal dari Syria. Dia memerintahkan warga Makkah untuk menyembahnya. Ini membuat orang-orang Makkah terbiasa dengan praktik tersebut dan menyimpan berhala di rumah mereka. Ditambah ada 360 berhala di dalam dan sekitar Ka’bah.

Meskipun mereka tahu ada Tuhan yang disebut Allah, sebagian besar orang Makkah menyembah berhala untuk melayani kebutuhan sehari-hari mereka dan sebagai perantara di hadapan Allah. Hanya segelintir yang dikenal sebagai Hanif, yang tidak setuju dengan praktik ini.

Misi Muhammad SAW

Dilansir About Islam, Rabu (5/5), utusan terakhir, Nabi Muhammad saw muncul sebagai jawaban atas doa nenek moyangnya, Ibrahim dan Ismail yang disebutkan dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 129.

Muhammad memurnikan warga Makkah dengan memberantas penyembahan berhala dari Jazirah Arab melalui peristiwa-peristiwa dramatis dalam kehidupan kenabiannya. Pertama di Makkah lalu di Madinah, dan berpuncak pada penaklukan damai atas kota asalnya.

Setelah penaklukan Makkah, salah satu tindakan pertama Nabi adalah menggulingkan berhala di sekitar Ka'bah. Ada salah satu bagian Ka’bah yang sangat dihormati, yakni Hajar Aswad. Hajar Aswad dikatakan turun dari surga dan ditempatkan di Ka'bah oleh Nabi Ibrahim.

Saat ritual haji, umat Muslim mengangkat tangannya ke arah Hajar Aswad. Bahkan, mereka menyentuh atau menciumnya karena itu adalah hal yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Ada salah satu hadits terkait Hajar Aswad dari Abis bin Robi’ah, ia berkata “Aku pernah melihat Umar bin Khattab mencium Hajar Aswad. Lantas Umar berkata ‘Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu maka tentu aku tidak akan menciummu,” (HR Bukhari). 

Baca Juga


Berita terkait

Berita Lainnya