Ilmuwan Muslim Beri Pengaruh Peradaban Cina Soal Astronomi

Karya Ilmuwan Muslim banyak diterjemahkan dalam bahasa Cina untuk dipelajari.

Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Berabad-abad yang lalu, ilmuwan Timur Tengah memengaruhi cara orang Cina memandang alam semesta.

Baca Juga


Dilansir dari laman the National News pada Senin (10/5), pada 1200-an, Cina memiliki pemahaman yang kuat tentang bagaimana tata surya beroperasi. Akan tetapi mereka tidak puas dengan itu. Selama Dinasti Yuan, Kaisar Kubilai Khan merekrut pemikir luar biasa dari seluruh dunia. Salah satu jenius asing itu adalah Marco Polo, sang penjelajah Italia.

Pada 1271, tahun yang sama ketika Polo pertama kali berangkat ke Cina, Khan membangun sebuah observatorium di Beijing untuk digunakan secara khusus oleh para ilmuwan Timur Tengah. Para astronom Islam kemudian secara luas dianggap sebagai yang paling maju di dunia. Dinasti Yuan memberi mereka fasilitas canggih mereka sendiri, dilengkapi dengan teks dan instrumen Arab.

Di bawah komando lebih dari 30 staf di observatorium Islam Beijing adalah seorang astronom Persia yang terkenal, Jamal Al Din. Dia mengawasi pembuatan buku pegangan yang menjelaskan metode astronomi Islam.  Karya ini dan lainnya oleh ilmuwan Islam kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Cina dan dipelajari oleh astronom elit Beijing.

 

 

Khususnya selama Dinasti Ming, para astronom Cina mulai memeriksa ulang pengukuran, dan temuan mereka terhadap astronomi Islam. Hal itu dilakukan untuk mencoba mengasah sains ini. 

Akurasi dianggap sangat penting. Perbandingan dengan astronomi Islam ini sangat berguna bagi orang Cina dalam memprediksi gerhana matahari dan bulan.

Di samping itu, yang juga berpengaruh adalah metode Islam yang tepat untuk menghitung garis lintang Bulan, dan disebut Lima Planet, Merkurius, Mars, Jupiter, Saturnus, dan Venus. Planet-planet itu sangat penting bagi orang Cina, yang memandangnya mewakili lima elemen kehidupan. Masing-masing di antaranya air, api, kayu, tanah, dan logam.

Begitu besar penghormatan Cina terhadap astronomi Islam. Untuk itu observatorium tersebut terus beroperasi di Beijing selama hampir 400 tahun. Ilmuwan yang sangat dihormati memengaruhi rekan-rekan Cina, yang bekerja di Observatorium Kuno Beijing (Beijing Ancient Observatory). Itu dibuka pada 1442.

 

 

Akan tetapi kompleks bersejarah ini tidak lagi digunakan untuk tujuan ilmiah sejak 1929. Namun dalam beberapa dekade terakhir, kompleks ini kembali menjadi pusat pertukaran informasi dan gagasan internasional. 

Bukan sebagai fasilitas penelitian, melainkan sebagai salah satu lokasi wisata paling tidak biasa di Beijing, yang menarik wisatawan, seperti orang Cina kuno, sangat ingin memahami bintang dengan lebih baik.

Museum kecil namun informatif di dalam kompleks observatorium memajang keramik Cina yang berusia hingga 5.000 tahun. Itu dihiasi gambar Matahari dan bintang.  Di tempat lain, gerhana matahari disebutkan dalam teks Cina sejak 2.700 tahun yang lalu. 

Tidak lama setelah itu, orang Yunani kuno membuat penemuan yang mengubah persepsi manusia tentang fisik dunia. Pada abad ke-6 SM, akademisi Yunani menghasilkan bukti bahwa planet bumi yang tampak datar ternyata bulat.   

 

Mereka melakukan ini dengan menyoroti bagaimana penampakan langit bervariasi tergantung pada lokasi dari mana langit itu dilihat. Selain itu juga dengan mendokumentasikan bayangan melengkung yang dilemparkan ke Bulan oleh Bumi selama gerhana bulan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler