Beranikah Israel Serang Gaza Lewat Pasukan Infanteri?
IHRAM.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Berita dari medan pertempuran di jalur Gaza sampai kini masih berlangsung seru dan tragis. Pasukan Isreal terus membombardir wilayah tersebut dengan serangan udara.
Adanya serangan udara itu, pejuang Palestina yang menguasai wilayah Gaza, yakni Brigade Hamas, semenjak Ahad lalu pun sudah membalasnya dengan mengirimkan ratusan serangan roket ke ibu kota Israel dan kota-kota lain di sebelah selatan Tel Aviv.
Lalu ada pertanyaan menggantung mengapa Israel tak kunjung menyerang Gaza melalui serangan darat yakni melalui pasukan infanteri dan kavaleri (pasukan tank)?
Kenyataan ini memang menimbulkan tanda tanya besar sebab 'hukum besi' perang mengatakan: sebuah wilayah hanya bisa disebut dikuasai bila sudah dinjak kakinya atau dikuasai pasukan darat. Alhasil, meskipun sebuah wilayah telah rata dengan tanah, tapi pasukan infanteri tidak pernah menginjakan kaki di sana, maka wilayahnya itu tetap saja tidak dikuasai.
Dan bila melihat wilayah Gaza, Israel memang telah membuat kota itu porak-poranda. Meski begitu pasukan Israel dengan dukungan persenjataan yang moderen dan canggih tetap tak kunjung berani injakan kaki di sana?
Lalu apa pasal? Jawabnya, sederhana saja. Israel tahu persis apa yang terjadi di Gaza. Apalagi bukan kali ini saja menggempur wilayah itu, mereka telah melakukannya sebanyak empat kali semenjak tahun 2014.
Apa yang membuat Israel jeri melakukan serangan darat ke Gaza? Jawabnya, karena mereka tahu Hamas akan sangat senang dan akan menunggu kedatangan serangan darat itu. Mereka telah bersiap. Jaringan gorong-gorong bawah tanah sudah dibuat di sekujur wilayah Gaza. Keadaanya mirip jaringan gorong-gorong pasukan Vietkong kala Amerika Serikat menyerbu Vietnam ada dekade 1970-an.
Israel tahu bila serangan dilakukan mereka akan kalah. Mereka tak akan tahan dengan banyaknya korban pasukan yang akan terjadi. Ingat, pasukan Israel punya psikologi persis dengan pasukan AS kala perang di Vietnam. Kedua negara ini pasti akan diprotes rakyatnya sendiri ketika mereka mendapati banyak tentaranya pulang menjadi mayat dalam keranda.
Singkat kata, Israel tak akan berani melakukan perang anti gerilya panjang dengan cara melibatkan langsung dalam perang dengan menghadap-hadapkan pasukan.
Ketakutan ini terbukti. Dalam berbagai peristiwa lalu rakyat Israel selalu ribut bila banyak rakyatnya yang mati atau tertangkap oleh pejuang Palestina. Pasukan Israel begitu takut mati sedangkan pejuang Hamas dan Palestina sudah bersedia berjibaku dan siap menjadi martir, atau siap mati. Bagi mereka rekannya yang mati hanya dianggap sekedar mendahului saja, sedangkan tentara Israel hidup dalam suasana ketakutan akan dijemput maut diterjang bom dan peluru.
Bila dikaji, wilayah Gaza semenjak 2014 Hamas sudah membuat jaringan terowongan atau gorong-gorong pertahanan. Mereka sudah siapkan semua dari tempat pasukan berlindung, gudang makanan dan air, hingga rumah sakit. Mereka sudah sangat siap menyambut kedatangan pasukan darat Israel.
Situasi Israel yang enggan menyerang Gaza melalui serangan darat sangat terlihat bila mencermati sebuah berita dari Al Jazeera. Media ini menulis berita bila Israel sebenanrya pada hari Jumat lalu memang terus membombardir Jalur Gaza dengan serangan udara dan peluru artileri.
Sekilas kesan ini memang gagah, di mana Israel berani mengabaikan seruan internasional untuk bisa bersikap tenang menghentikan serangan ke Gaza. Dan tak peduli dengan itu, kemudian Israel malah tampak meningkatkan pengerahan pasukan dan tank di dekat kantong Palestina yang terkepung itu. Ini memang mengesankan Israel akan menang perang.