Jerusalem-Kudus di Dunia Batin Salik dan Islam di Jawa
IHRAM.CO.ID, Oleh Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Hubungan atau keterkaitan batin Muslim di Indonesia --khususnya di Jawa -- dengan Yerusalem itu tak bisa dianggap sepele. Hubungan ini sudah sangat dalam. Jalin-menjalin sejak ajaran Islam mulai dan semakin eksis kepulauan Nusantara.
Jerusalem itu nama dari bahasa Ibrani --Yerushalayim, yang kini menjadi sebutan orang Yahudi. Sedangkan sebutan orang Muslim kepada kota suci ini adalah Al-Quds (Baitul Makdis). Nama Yerusalem baru eksis sebagai sebutan dunia usai zionis Yahudi bisa mendirikan negara Israel di tanah Palestina. Sedangkan, hingga jaman Ottoman kaum Muslim akrab menyebutnya sebagai Al-Quds.
Dan nama Al-Quds sendiri bukanlah nama asing. Sejak zaman ulama sufi pada abad ke XVI sebutan Al-Quds bukan nama asing. Bahkan, bagi Hamzah Fansuri dan para salik (pengikut sufi) lainnya, nama Al-Quds merupakan suatu pengalaman dari alamat perjalanan batin yang mistis. Sebab, pada hakikatnya seorang salik adalah pengelana juga.
Terkait sebutan Al-Quds ulama besar Melayu ini menulis syair yang indah seperti ini:
...Hamzah Fansuri di dalam Makkah
Mencari Tuhan di Byat-al Ka'bah
Di Barus ke Quds terlalu payah
Akhirnya dapat di dalam rumah...
Mengomentari sebutan Al-Quds dalam syair itu terjadi beragam pendapat dikalangan para sejarawan. Di dalam beberapa sumber ada yang mengatakan Hamzah Fansuri memang pernah pergi ke Makkah. Gurunya itu adalah Syekh Maulana Ibrahim.
Sosok Hamzah Fansuri asalnya pun masih terjadi perdebatan: ada pihak yang bilang dia 'berasal dari Barus' ada pula sarjana yang menyakini dia lahir di ibukota lama kerajaan Siam, Ayutthaya.
Sedangkan soal apakah Hamzah Fansuri pernah ke Al-Quds (Yerusalem) juga ada perbedaan pendapat. Namun sejarawan Belanda Drewes dan Brekel menyatakan Hamzah Fansuri tidak pernah pergi ke sana. Sebutan Al-Quds konteksnya di syair itu hanya merupakan perjalanan spritual.