Sidebar

Arkeolog Turki Temukan Monumen Berusia 2400 Tahun

Friday, 21 May 2021 15:25 WIB
Arkeolog (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, ISTANBUL --- Stasiun Kereta Haydarpasa yang bersejarah di Istanbul menjadi surga bagi para arkeolog karena penggalian yang dilakukan sedikit demi sedikit telah mengungkapkan sejarah dari distrik Kadikoy yang dulu dikenal sebagai Land of the Blind. Seperti dilansir Daily Sabah pada Jumat (21/5), baru-baru ini, para arkeolog menemukan sebuah struktur bangunan yang berasal dari abad ketiga dan keempat sebelum masehi. Penemuan struktur itu sekaligus menjadikannya struktur tertua yang pernah ditemukan di kawasan situs itu.

Menurut keterangan kepala arkeolog, Mahmet Ali Polat secara arsitektural bahwa struktur itu adalah sebuah monumen tertua di situs itu. Para arkeolog yakni itu adalah sisa-sisa monumen atau mausoleum. Disebutkan monumen itu berusia 2400 tahun.

Struktur monumen itu disebut berasal dari periode Helenistik. Struktur itu ditemukan dalam penggalian yang dilakukan bersama Kementerian Transportasi dan Infrastruktur serta Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Sejauh ini ada lebih dari 35.000 artefak yang telah digali di situs itu.

“Ini adalah area yang sangat luas, area penggalian sekitar 350.000 meter persegi (3,7 juta kaki persegi), sejauh ini, kami telah menemukan sejumlah kecil tembikar dan koin dari abad kelima, keenam dan ketujuh SM,” kata Polat yang mencatat bahwa penggalian mereka difokuskan pada area seluas 65.000 meter persegi.

Menurut Polat monumen yang baru ditemukan berdiri sebagai bangunan tertua di situs itu.

“Ada kepadatan arsitektur di sini,sebagian besar dari ini adalah struktur yang dibangun pada abad ketiga dan keempat masehi. Penambahan dilakukan pada struktur ini pada abad kelima dan keenam," katanya.

Polat mencatat bahwa ada jalan utama yang berakhir di garis pantai dari abad keempat atau kelima, dan beberapa bangunan di kedua sisinya. Daerah itu dulunya adalah pelabuhan barat laut kota maritim kuno Chalcedon.

"Ada struktur arsitektur dengan ukuran dan kualitas berbeda di sini. Itu digunakan secara ekstensif dari abad keempat hingga abad ketujuh," tambah Polat.

Setelah abad ketujuh, atau setelah masa kaisar Bizantium Heraclius, popularitas situs itu memudar dan sering waktu sebagian besar bangunan hancur.

“Kemudian secara bertahap menjadi aktif kembali di pertengahan periode Bizantium. Kami tahu dari sisa-sisa yang telah kami gali bahwa hanya ada bengkel kecil di sini pada akhir periode Bizantium, ” kata Polat.

Pada periode Ottoman, kota ini hampir seluruhnya ditinggalkan sebagai daerah pemukiman. Alasannya, jelas Polat, adalah daerah itu tertutup lumpur dan oleh karena itu digunakan sebagai padang rumput selama Kekaisaran Ottoman.


Berita terkait

Berita Lainnya