Mobilitas Tinggi, Waspadai Penyakit Lupus

Genetik hingga disfungsi sistem kekebalan tubuh bisa jadi faktor sakit lupus.

Health
Genetik hingga disfungsi sistem kekebalan tubuh bisa jadi faktor sakit lupus.
Rep: Santi Sopia Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah mobilitas tinggi kaim urban, sering kali menimbulkan masalah pada bagian tubuh. Seseorang bisa mengalami kelelahan berkepanjangan tanpa sebab ataupun merasa nyeri pada bagian tubuh tertentu.

Baca Juga


Masalah ini tampak sepele, namun jika dibiarkan, tentu bisa menimbulkan bahaya. Salah satu problem kondisi tubuh yang perlu diwaspadai dewasa ini adalah penyakit lupus. 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), diperkirakan 1,5 juta orang Amerika menderita lupus. Penyakit yang juga disebut Systemic Lupus Erythematosus ini merupakan autoimun yang dapat melibatkan banyak organ tubuh.

Menurut Vaidehi Chowhardy, MD, kepala klinis, Bagian Pengobatan Yale untuk Reumatologi, Alergi & Imunologi dan profesor kedokteran, Yale School of Medicine, sampai saat ini, alasan pasti perkembangan lupus belum diketahui. Namun kecenderungan genetik dengan disfungsi sistem kekebalan merupakan salah satu faktor penyebab seseorang terkena lupus. 

"Fungsi normal dari sistem kekebalan adalah membantu kita melawan infeksi. Namun, pada penyakit autoimun seperti lupus, sistem kekebalan menjadi serba salah dan menyerang berbagai organ, menyebabkan kerusakan atau kegagalan fungsi," jelasnya. 

Ada beberapa tanda kunci yang bisa mengindikasikan seseorang kemungkinan menderita lupus. Chowhardy, merangkum gejala dan cara mengatasinya, seperti dikutip laman Eat This, Jumat (4/6).

 

Nyeri Sendi

Salah satu gejala utama lupus adalah nyeri sendi yang terus-menerus dan bengkak, terutama di tangan, kaki, atau area lain. Nyeri umumnya terjadi di pagi hari dan berhubungan dengan kekakuan berkepanjangan.

 

Ruam

Lupus juga memanifestasikan dirinya di kulit, melalui ruam di wajah atau area lain. Chowhardy menambahkan bahwa lupus cenderung lebih buruk di bawah sinar matahari.

 

Gejala non spesifik

Ada juga beberapa gejala nonspesifik. Ini termasuk demam yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan dan malaise atau penurunan berat badan.

 

Gejala Lainnya

Ada gejala lain yang harus diwaspadai, menurut Dr. Chowhardy. Ini termasuk jumlah darah rendah "tanpa alasan yang jelas," protein dalam urin, kejang, stroke pada orang muda, pembekuan darah atau keguguran berulang. Keterlibatan organ internal ginjal, jantung, sistem saraf, paru-paru, dan lainnya, bisa sangat serius.

 

Faktor risiko dan cara mengatasinya

Siapa saja bisa terkena lupus, namun wanita adalah kandidat yang jauh lebih mungkin. Menurut CDC, sekitar 9 dari 10 diagnosis lupus terjadi pada wanita berusia 15 hingga 44 tahun.

Dr Chowhardy menjelaskan bahwa pemicu lain untuk penyakit ini termasuk infeksi seperti virus Epstein Barr, perubahan hormonal, sinar ultraviolet, merokok, dan obat-obatan tertentu. "Namun, untuk sebagian besar pasien, pemicunya masih belum diketahui," jelasnya.

Pengobatan SLE bisa dilakukan dengan keterlibatan organ. Dokter akan melakukan serangkaian tes laboratorium dan pencitraan untuk menentukan sejauh mana penyakitnya.

Obat imunomodulator seperti hydroxychloroquine adalah pilihan pertama untuk kulit, sendi, dan manifestasi lupus lainnya. Obat tambahan seperti Azathioprine, Methotrexate, Belimumab mungkin diperlukan untuk gejala yang persisten. Masalah ginjal, jantung, atau sistem saraf membutuhkan obat yang lebih kuat seperti siklofosfamid atau Rituximab.

 

Chowhardy menyarankan untuk menghubungi penyedia perawatan medis jika merasa menderita lupus. Dokter dapat melakukan tes darah untuk lupus jika ada kecurigaan yang tinggi. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler