Daerah Lain Mesti Ambil Pelajaran dari Amukan Covid di Kudus

Ziarah serta tradisi kupatan diduga jadi penyebab cepatnya penularan Covid di Kudus.

Antara/Yusuf Nugroho
Sejumlah tenaga kesehatan memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah rekannya Wulan Ningrum yang meninggal dunia akibat terpapar COVID-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Loekmono Hadi, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (2/6/2021). Dari data RSUD Dr. Loekmono Hadi pada 2/6/202, sebanyak 189 tenaga kesehatan terpapar COVID-19 dan satu diantaranya meninggal dunia akibat menangani lonjakan kasus COVID-19 pascalebaran di wilayah itu.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dessy Suciati Saputri, Sapto Andika Candra

Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng) masih dalam keadaan darurat penularan Covid-19. Sebanyak 60 desa dari 132 desa/kelurahan di Kudus masuk kategori zona merah menyusul ditemukannya banyak kasus penyebaran Covid-19 di puluhan desa tersebut.

"Sesuai arahan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo diberikan penekanan agar penanganan Covid-19 di Kudus bisa lebih efektif," kata Bupati Kudus Hartopo, Ahad (6/6).

Evaluasi penanganan Covid-19, kata dia, harus selalu diperbarui setiap harinya, terutama untuk 60 desa yang masuk kategori zona merah. Selain itu, harus tersedia Posko Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 di setiap desa zona merah dan penanganannya juga harus lebih efektif.

"Petugas juga harus rutin melaporkan perkembangan data kasus terbaru sehingga bisa segera diketahui dan diambil langkah-langkah agar bisa turun kasusnya," katanya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, dari 60 desa yang masuk kategori zona merah tersebar di sembilan kecamatan dengan jumlah masing-masing kecamatan bervariasi. Sedangkan tanggal 23 Juni 2021 jumlah desa zona merah hanya 42 desa.

Dari 60 desa zona merah, kata Hartopo, terbanyak tersebar di Kecamatan Jekulo ada 11 desa, kemudian disusul Kecamatan Kota dan Jati, masing-masing ada sembilan desa zona merah, sedangkan kecamatan lainnya bervariasi antara satu hingga delapan desa. Perangkat desa setempat juga berinsiatif melakukan lockdown desa dan disarankan dilakukan di tingkat RT terlebih dahulu.

Pada Sabtu (5/6), Tim Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mencatat penambahan 183 kasus baru Covid-19. Sehingga, sampai kemarin, totalnya mencapai 1.413 kasus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Nasiban menambahkan, dari jumlah 1.413 kasus, pasien yang dirawat sebanyak 396 orang dan menjalani isolasi mandiri 1.230 orang.

Satgas setempat juga mencatat total kasus Covid-19 di daerah itu sejak awal pandemi Maret 2020 hingga saat ini mencapai 8.393 kasus, baik aktif maupun sudah sembuh. Untuk kasus meninggal masih berfluktuasi karena awal Juni 2021 hanya enam kasus, sedangkan 2 Juni 2021 hanya lima kasus, kemudian 4 Juni 2021 naik menjadi 22 kasus, dan hari ini (5/6) turun menjadi 17 kasus.

In Picture: Ledakan Covid-19 di Kudus, Warga Antre di Rumah Sakit

Seorang pasien berbaring di kursi menunggu masuk ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Loekmono Hadi, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (2/6/2021). Akibat melonjaknya kasus COVID-19 pascalebaran di wilayah itu, sejumah pasien harus antre untuk mendapat pelayanan penanganan di sejumlah rumah sakit setempat bahkan ada yang harus dirujuk ke kota Semarang dan Salatiga. - (Antara/Yusuf Nugroho)

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pada Jumat (4/6) lalu menyampaikan, angka keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah telah mencapai 90 persen per 1 Juni. Peningkatan angka keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 di Kudus ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah kasus positif di daerah tersebut.

Baca Juga



“Per tanggal 1 Juni, lebih dari 90 persen dari seluruh tempat tidur terisi. Ini adalah kondisi yang sangat memprihatinkan,” ujar Wiku saat konferensi pers, Jumat (4/6).

Kudus memang diamuk Covid-19 dalam sepekan terakhir. Penularan di kabupaten tersebut menjadikan penambahan kasus positif naik 30 kali lipat dalam sepekan. Satgas mencatat, kasus positif Covid-19 di Kudus dalam sepekan terakhir sebanyak 929 kasus, jauh di atas angka pada pekan sebelumnya yang hanya 26 kasus positif.

Lonjakan kasus yang terjadi di Kudus pun otomatis membuat jumlah kasus aktifnya ikut melejit, menjadi 1.280 kasus atau 21,48 persen dari total kasus positif yang sempat tercatat. Persentase kasus aktif di Kudus pun jauh melampaui angka nasional yang 'hanya' 5,47 persen.

“Ini adalah angka yang cukup besar bila dibandingkan dengan kasus aktif nasional yang hanya 5,47 persen,” jelas Wiku.

Wiku mengingatkan seluruh pimpinan daerah di Indonesia untuk belajar banyak dari lonjakan kasus signifikan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Pelajaran terpenting yang perlu diambil adalah ketegasan pemerintah daerah untuk menjaga kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan.

"Apa yang terjadi di Kudus ini dapat menjadi pembelajaran bagi daerah lainnya, mohon agar satgas daerah dapat mengantisipasi tradisi dan budaya di wilayahnya masing-masing," kata Wiku.

Wiku menambahkan, merespons ekskalasi penularan Covid-19 yang terjadi di Kudus, maka jajaran pimpinan BNPB dan TNI bergerak melakukan kunjungan ke Kudus pada Rabu (2/6) lalu. Kunjungan tersebut mendapat satu kesimpulan terkait penyebab lonjakan kasus yang terjadi.

"Keadaan ini terjadi sebagai dampak dari adanya kegiatan wisata religi berupa ziarah serta tradisi kupatan yang dilakukan oleh warga Kudus tujuh hari pascalebaran. Hal ini memicu kerumunan dan meningkatkan penularan di tengah masyarakat," kata Wiku.

Kerumunan yang terjadi pun meningkatkan penularan infeksi virus corona di Kudus. Parahnya, penularan juga merembet ke 189 tenaga kesehatan di sejumlah rumah sakit. Sayangnya, tindakan penanganan pasien Covid-19 di rumah sakit di Kudus pun terlihat kurang sesuai dengan aturan baku.

"Rumah sakit yang belum menerapkan secara tegas dan disiplin zonasi merah kuning dan hijau, triase pasien covid dan non covid serta keluarga pasien. Contoh dari hal ini adalah masih adanya pasien covid di rumah sakit yang didampingi oleh keluarganya keluar masuk rumah sakit tanpa skrining," ujar Wiku.

Demi menanggulangi krisis penanganan Covid-19 di Kudus, Satgas memerintah pemda setempat untukmelakukan konversi tempat tidur reguler menjadi tempat tidur untuk pelayanan Covid-19. Pasien dengan gejala sedang diprioritaskan untuk dirawat di rumah sakit, sementara yang bergejala ringan diimbau untuk melakukan isolasi mandiri di kediaman masing-masing.

"Isolasi mandiri di kediaman apabila memungkinkan atau dirujuk ke ibu kota provinsi yaitu Semarang," kata Wiku.

 

Tips hindari kerumunan. - (Republika.co.id)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler