WHO tak Bisa Paksa China Bocorkan Data Asal Usul Covid-19

Teori kebocoran laboratorium Wuhan baru-baru ini menjadi subyek perdebatan publik.

AP/Ng Han Guan
Seorang pekerja dengan penutup pelindung mengarahkan anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada saat kedatangan mereka di bandara di Wuhan di provinsi Hubei China tengah pada Kamis, 14 Januari 2021. Sebuah tim peneliti global tiba Kamis di kota China di mana pandemi virus korona pertama kali terdeteksi untuk melakukan penyelidikan yang sensitif secara politik tentang asal-usulnya di tengah ketidakpastian tentang apakah Beijing mungkin mencoba mencegah penemuan yang memalukan.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Seorang pejabat tinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, WHO tidak dapat memaksa China untuk membocorkan banyak data tentang asal usul Covid-19. Direktur Program Kedaruratan WHO Mike Ryan pada Senin (7/6) mengatakan, WHO akan mengusulkan studi yang diperlukan untuk memahami di mana virus itu muncul.

“WHO tidak memiliki kekuatan untuk memaksa siapa pun dalam hal ini. Kami sangat mengharapkan kerja sama, masukan, dan dukungan dari semua negara anggota kami dalam upaya itu,” kata Ryan, dilansir Aljazirah, Selasa (8/6)

Ada teori yang mengatakan bahwa virus Corona berasal dari hewan yakni dari kelelawar, dan menular ke manusia. Ada juga teori virus itu lolos dari laboratorium di Wuhan, China.

Baca Juga


Teori kebocoran laboratorium Wuhan baru-baru ini menjadi subyek perdebatan publik, setelah beberapa ilmuwan terkemuka menyerukan penyelidikan penuh tentang asal usul virus. Hipotesis bahwa virus itu secara tidak sengaja bocor dari laboratorium telah diabaikan oleh para ilmuwan. China telah berulang kali membantah bahwa laboratorium itu bertanggung jawab atas wabah tersebut.

Anggota tim WHO awal tahun ini mengunjungi China untuk mencari asal-usul Covid-19. Usai kunjungan ke China mereka mengatakan, tidak memiliki akses terhadap semua data. Hal ini mendorong perdebatan tentang transparansi China terhadap asal usul virus korona.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyesali ketidakadilan dalam distribusi vaksin Covid-19. Menurut Tedros, hal ini telah menciptakan pandemi dua jalur yaitu negara-negara Barat dilindungi dan negara-negara miskin masih terpapar.

Dia menyuarakan kekesalan bahwa beberapa negara miskin tidak dapat mengimunisasi petugas kesehatan, lansia dan populasi lain yang paling rentan terhadap virus Corona.

"Kami melihat pandemi dua jalur: banyak negara masih menghadapi situasi yang sangat berbahaya, sementara beberapa dari mereka dengan tingkat vaksinasi tertinggi mulai berbicara tentang mengakhiri pembatasan” kata Tedros.

Tedros mengatakan, enam bulan sejak vaksin virus Corona pertama diberikan, negara-negara berpenghasilan tinggi telah memberikan hampir 44 persen dari dosis vaksin dunia. Sementara, negara berpenghasilan rendah hanya memberikan 0,4 persen.

Tedros telah menyerukan upaya global besar-besaran untuk melakukan vaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi semua negara pada September, dan 30 persen pada akhir tahun. Untuk memenuhi target tersebut membutuhkan tambahan 250 juta dosis vaksin pada September, dann 100 juta dosis untuk Juni dan Juli.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler