Balai Arkeologi Maluku Luncurkan Buku Tentang Pulau Seram
Hasil riset Balai Arkeologi Maluku di Pulau Seram sangat intens dilakukan sejak 1995.
REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Balai Arkeologi Maluku akan meluncurkan buku "Menganyam Pengetahuan dari Tanah Seram Indonesia" berisi sejarah, budaya dan pengelolaan pulau tersebut yang ditulis oleh 11 sejarawan, budayawan dan arkeolog, pada 14 Juni 2021.
"Peluncuran buku ini bagian dari program Balai Arkeologi Maluku dalam pengembangan hasil penelitian, sekaligus memeriahkan peringatan Hari Purbakala pada 14 Juni nanti," kata arkeolog dari Balai Arkeologi Maluku Lucas Wattimena.
Ia mengatakan buku "Menganyam Pengetahuan dari Tanah Seram Indonesia" merupakan buku pertama tentang Kepulauan Seram yang diluncurkan oleh Balai Arkeologi Maluku, dan ditulis dalam berbagai perspektif bidang keilmuan dan riset sejarah, tidak hanya kepurbakalaan tapi juga akademik.
Buku itu memuat hasil penelitian dan telaah terkait sejarah, budaya dan pengelolaan Pulau Seram, buku itu ditulis oleh 11 orang sejarawan, budayawan dan arkeolog, yakni Bambang Sugiyanto, Muhammad Al Mujabuddawat, Asmunandar, Syahruddin Mansyur dan Lucas Wattimena dari Balai Arkeologi Maluku.
Kemudian Marlon Ririmasse dan Muh Fadhlan Syuaib (Pusat Arkeologi Nasional), Wuri Handoko (Balai Arkeologi Sulawesi Utara), Prof Hermien Soselisa, John Pattiasina dan Imbong Tuhuteru (Universitas Pattimura Ambon), dan Steve Garzpers (Universitas Kristen Indonesia Maluku).
"Hasil riset Balai Arkeologi Maluku di Pulau Seram sangat intens dilakukan sejak tahun 1995 sampai sekarang, dan buku ini khusus bicara tentang Pulau Seram," ucap Lucas yang juga koordinator peluncuran buku "Menganyam Pengetahuan dari Tanah Seram Indonesia".
Menurut dia, dikenal sebagai nusa ina atau pulau ibu, Seram secara umum memiliki peran penting dalam sejarah dan kebudayaan Maluku. Hal itu juga sedikit banyak mempengaruhi perkembangan masyarakat dan kearifan lokal yang masih diterapkan hingga di masa kini.
Dengan diluncurkannya buku "Menganyam Pengetahuan dari Tanah Seram Indonesia", diharapkan bisa memberikan perspektif baru dan semakin memperkaya pengetahuan terkait Pulau Seram sebagai bagian dari khazanah nasional.
"Adanya buku ini juga menjadi pelayanan informasi arkeologi kepada masyarakat," ucap Lucas Wattimena.