Kekurangan Air di 8 Kecamatan di Indramayu Terbantu Hujan

Tanggul saluran induk Sindupraja di Desa Gedangan jebol pada Sabtu (5/6).

Istimewa
Penanganan tanggul jebol di saluran induk Sindupraja di Desa Gedangan, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, terus dilakukan, Senin (14/6). Jebolnya tanggul itu menyebabkan ribuan hektare sawah di delapan kecamatan tak mendapat pasokan air.
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU -- Penggelontoran air di Saluran Induk Sindupraja yang jebol di Desa Gedangan, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, terus dilakukan. Kekeringan pada areal sawah di delapan kecamatan terbantu adanya hujan.


‘’Pasokan air sudah ada, tapi masih ada (lahan) yang (airnya) belum sampai,’’ kata Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, kepada Republika, Rabu (16/6).

Tanggul saluran induk Sindupraja di Desa Gedangan jebol pada Sabtu (5/6). Kondisi itu mengakibatkan sekitar 3 ribu hektare sawah di delapan kecamatan jadi tidak mendapat pasokan air selama lebih dari sepekan.

Adapun delapan kecamatan itu yakni Kecamatan Kedokanbunder, Karangampel, Juntiyuat, Jatibarang, Indramayu, Sliyeg, Balongan dan Krangkeng.

Upaya perbaikan tanggul jebol terus dilakukan pihak BBWS Cimanuk Cisanggarung. Upaya perbaikan itu telah mampu mengalirkan air kembali dari Bendung Rentang, Kabupaten Majalengka, meski belum sampai ke semua lahan.

Meski demikian, lanjut Sutatang, para petani di delapan kecamatan itu saat ini tidak terlalu resah. Hujan yang menguyur setiap malam selama tiga hari terakhir, telah membantu mengatasi kekeringan pada tanaman padi milik mereka.

‘’Alhamdulillah, hujan cukup membantu mengatasi kekeringan, terutama pada tanaman padi yang sudah ditanam,’’ kata Sutatang.

Namun, lanjut Sutatang, hujan selama tiga malam terakhir belum mampu menolong lahan yang kini belum bisa tanam. Pasalnya, lahan yang belum tanam membutuhkan air yang banyak agar bisa segera diolah. Sedangkan curah hujan yang turun, tidak terlalu besar.

Untuk itu, Sutatang berharap, agar instansi terkait memantau daerah-daerah yang belum bisa tanam karena kekurangan air. Selanjutnya, pasokan air yang kini mulai ada sebaiknya diprioritaskan terlebih dulu untuk mengairi daerah tersebut.

Sutatang menyebutkan, lahan yang belum tanam akibat kekurangan air di antaranya terletak di Kecamatan Krangkeng, Balongan dan sebagian Sliyeg. Dia memperkirakan, ada sekitar 100 hektare lahan yang hingga kini belum bisa tanam.

Dihubungi terpisah, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu, Caya, menjelaskan, proses pekerjaan perbaikan tanggul jebol di Desa Gedangan hingga kini terus dilakukan. Meski belum rampung, namun penggelontoran air sudah dilakukan secara normal, yakni sebanyak 20 kubik per detik.

‘’Sudah digelontorkan normal sejak dua hari yang lalu karena petani butuh air. Jadi pekerjaannya (perbaikan tanggul) yang mengalah,’’ kata Caya, saat dihubungi Republika melalui telepon selulernya, Rabu (16/6).

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi petani, Caya mengatakan, proses pengerjaan tanggul kini juga ditambah dengan peninggian kisdam. Hal itu untuk mencegah agar air yang digelontorkan secara normal itu tidak meluber.

Seperti diketahui, tanggul yang jebol itu berbentuk lubang, dengan diameter sekitar dua meter. Kondisi tersebut telah menyebabkan air dari hulu atau dari Bendung Rentang, tidak bisa mengalir ke hilir.

Selain sempat menyebabkan banjir di pemukiman masyarakat di Desa Gedangan, tanggul jebol itu juga sempat membuat areal sawah di delapan kecamatan tidak mendapat pasokan air.

Pada awal pekan ini, air dari Bendung Rentang yang melalui saluran tersebut sudah mulai dialirkan meski dengan debit 5 kubik per detik. Sedangkan kini, air sudah dialirkan dengan debit normalnya yang mencapai 20 kubik per detik. Penggelontoran air dilakukan secara bertahap karena khawatir akan merusak kisdam yang baru diperbaiki.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
 
Berita Terpopuler