Sidebar

Indonesia Kembali Raih Predikat Negara Paling Dermawan

Wednesday, 16 Jun 2021 18:04 WIB
Pengibaran bendera merah putih

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Badan amal Charities Aid Foundation (CAF) menobatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia. Laporan World Giving Index (WGI) yang dirilis oleh CAF menempatkan Indonesia di peringkat pertama, dengan skor indeks keseluruhan 69 persen

Ketua Forum Organisasi Zakat (FOZ) Bambang Suherman, menyebut hal ini merupakan representasi atas kuatnya nilai-nilai kultur budaya berbagi yang ada di Indonesia. Selama ini, hal tersebut sudah dijalani dengan falsafah gotong royong.

"Sebenarnya, giving index yang hari ini kita dapatkan adalah bentuk pelembagaan dari kearifan falsafah dasar negara kita. Ini hanya proses pelembagaan, karena secara praktik hal ini sudah sangat mengakar di masyarakat," kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (16/6).

Ia pun merasa bersyukur indeks ukur yang dibuat secara rasional ini mampu menarik semua kearifan lokal menjadi satu konklusi yang bisa dibuktikan secara sains. Hal ini sekaligus membuktikan falsafah yang dimiliki Indonesia adalah nyata, bukan utopis, serta terimplementasi dengan baik.

Dari perspektif gerakan zakat, ia melihat ini sebagai peluang besar kolaborasi antar lembaga. Hal ini bertujuan agar saling meringankan beban dan membantu pihak yang mengalami kesulitan.

Kerja sama ini juga membantu mengalirkan sumber daya dari yang berpunya ke yang tidak punya, sekaligus memperluas kegiatan pemberdayaan utamanya aspek pendampingan.

Dengan cara ini, masyarakat yang kekurangan akan memiliki dukungan dari pihak lain dan mereka tidak merasa sendirian. Aspek ini juga dinilai akan memperkuat sendi-sendi sosial kemasyarakatan di Indonesia.

"Saya berharap bentuk //real// dari kedermawanan ini adalah menguatnya kolaborasi besar di program pemberdayaan masyarakat Indonesia. Dia menjadi model upaya memperkuat akses terhadap peluang yang tersedia," kata dia.

Terakhir, ia berharap agar hasil indeks ini mendapat respon positif dari negara. Jangan sampai, nantinya ada persepsi atau rumor yang berpotensi mengurangi upaya menguatkan indeks kedermawanan berbentuk amal.

Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa ini pun menyontohkan kasus yang terjadi saat isu Palestina memuncak kemarin. Secara kultural, membantu Palestina sudah menjadi kebiasaan baik sebagai bangsa, negara, serta masyarakat.

"Isunya bulat, dukungan kepada Palestina. Namun ada beberapa pihak kemudian menanyakan aspek-aspek yang tidak populer, seperti audit bantuan. Hal ini membuat orang merasa ini bukan dukungan, tapi negasi terhadap kebiasaan berbagi," lanjut Bambang.

Substansi pertanyaan tersebut dinilai dapat memperkuat adpek tata kelola, namun hal tersebut bisa diaudit secara formal atau informal, apalagi untuk isu tua seperti palestina.

Terakhir, ia berharap negara merespon capaian ini secara produktif, bahkan memberi insentif kepada para inisiator, baik yang dibangun di basis pemerintah, privat, apalagi ormas. Tujuannya agar menguatkan aspek kedermawanan dan masy menjadi terbuka dan merasa nyaman mempertahankan kebiasaan berbagi yang telah dimiliki. 


Berita terkait

Berita Lainnya