Sakit Rahang Bisa Jadi Gejala Serangan Jantung

Sakit rahang menjadi salah satu gejala serangan jantung yang bisa dideteksi.

picpedia.org
Sakit rahang menjadi salah satu gejala serangan jantung yang bisa dideteksi.
Rep: Farah Noersativa Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. Serangan jantung dan stroke menyumbang sekitar sepertiga dari semua kematian setiap tahun.

Menurut data baru yang dirilis pekan ini oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), pada 2020 tercatat jumlah kematian terkait jantung yang tinggi. "Ada sekitar 32.000 lebih banyak kematian akibat penyakit jantung daripada tahun sebelumnya," lapor NBC News, mengutip data CDC, dilansir laman Bes Life Online, Kamis (16/6).

Sementara otoritas kesehatan mencatat, banyak pasien menolak untuk mencari pengobatan untuk dugaan serangan jantung karena takut terpapar COVID-19. Laporan yang meresahkan ini menyoroti betapa pentingnya meminta bantuan jika Anda mencurigai adanya serangan jantung.

Di antara gejala serangan jantung, yang bisa dideteksi adalah rasa sakit di rahang. Beberapa orang merasakan tekanan atau sesak di rahang, sementara yang lain mengalaminya sebagai rasa sakit yang lebih tajam, mirip dengan sakit gigi. Sakit ini juga dapat disertai dengan gejala serangan jantung yang lebih mudah dikenali, termasuk ketidaknyamanan atau nyeri di leher, punggung, atau dada.

Menurut Klinik Cleveland, wanita yang mengalami nyeri rahang sebagai gejala serangan jantung kemungkinan besar akan menyadarinya di sisi kiri bawah rahang. Selain itu, wanita lebih mungkin mengalami nyeri rahang dibandingkan pria selama serangan jantung.

Namun, nyeri rahang tidak selalu menjadi pertanda serangan jantung. Beberapa penyakit lain yang bisa menyebabkan nyeri rahang, yakni arteri koroner, gangguan sendi, radang sendi, dan sakit gigi.

Ketika menyangkut jantung sebaiknya segera periksakan kesehatan. Jika melihat gejala yang tidak biasa yang mungkin berhubungan dengan jantung, berhati-hatilah dan bicarakan dengan profesional medis sesegera mungkin.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler