Erdogan: Komunitas Internasional Gagal Hadapi Ujian Pandemi
Presiden Turki mengatakan Dewan Keamanan PBB baru membahas 'krisis kesehatan terbesar dalam sejarah' dalam agendanya 100 hari setelah pandemi meletus - Anadolu Agency
REPUBLIKA.CO.ID, ANTALYA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Jumat mengatakan bahwa komunitas internasional gagal melewati ujian pandemi virus korona dengan baik.
Dewan Keamanan PBB baru menempatkan krisis kesehatan terbesar dalam sejarah dalam agendanya 100 hari setelah wabah meletus, kata Erdogan dalam pidato pembukaannya di Forum Diplomasi Antalya yang berlangsung tiga hari di selatan Turki.
Dia mendesak para pemimpin dunia untuk tidak membiarkan tren nasionalisme vaksin terus berlanjut dan semua pihak tidak mengulangi kesalahan yang sama saat pandemi berlangsung. Erdogan juga menggarisbawahi bahwa wabah Covid-19 telah "mempertajam ketidakadilan" di dunia.
Sejak Desember 2019, pandemi telah merenggut lebih dari 3,84 juta jiwa di 192 negara dan wilayah, dengan lebih dari 177,5 juta kasus dilaporkan di seluruh dunia, menurut Universitas Johns Hopkins yang berbasis di AS.
Sumber energi di Mediterania Timur harus dorong kerja sama
Soal sumber daya energi di Mediterania Timur, Erdogan mengatakan bahwa semua pihak yang terlibat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa ini "mengarah pada kerja sama alih-alih menimbulkan konfrontasi."
Tahun ini, Turki dan Yunani melanjutkan pembicaraan konsultatif untuk menyelesaikan perselisihan bilateral di Laut Aegea dan Mediterania.
Turki, yang memiliki garis pantai terpanjang di Mediterania Timur, menolak klaim batas laut dari Yunani dan pemerintah Siprus Yunani, serta menekankan bahwa klaim berlebihan kedua negara itu melanggar hak kedaulatan Turki dan Siprus Turki.
Tahun lalu Ankara mengirim beberapa kapal bor untuk mengeksplorasi energi di Mediterania Timur untuk menegaskan haknya di wilayah tersebut serta hak-hak Republik Turki Siprus Utara (TRNC).
Erdogan juga menggarisbawahi bahwa Turki berharap dapat meningkatkan kerja sama di semua kawasan mulai dari Afrika hingga Amerika Latin dan dari Pasifik hingga Asia di periode mendatang.
"Saya percaya Forum Diplomasi Antalya akan berubah menjadi tempat di mana jantung diplomasi global berdetak tepat waktu," ujar dia.
Forum Diplomasi Antalya, yang disponsori Anadolu Agency sebagai mitra komunikasi global, menjamu 10 kepala negara dan pemerintahan, 42 menteri luar negeri, tiga mantan kepala negara dan pemerintahan, lebih dari 50 perwakilan organisasi internasional atau mantan pejabat pemerintah, menurut Kementerian Luar Negeri Turki.
Debat kepentingan global, termasuk isu Balkan, masa depan Eropa, hubungan trans-Atlantik, pengungsi dan migran serta ancaman terorisme, akan dibahas secara mendalam selama forum tiga hari tersebut.
Turki juga akan mempresentasikan proposal terkait isu Mediterania Timur.