Pahami Tanda Stres pada Anak Selama Pandemi
Kesehatan mental pada anak kerap terabaikan karena gejalanya tidak mudah dipahami.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi setiap orang tua, kesehatan anak tentu menjadi prioritas. Selain ancaman penyebaran Covid-19, anak-anak juga masih rentan terpapar penyakit lainnya yang membuat orang tua harus berkonsultasi dengan dokter.
Namun, opsi berkunjung ke rumah sakit saat ini harus dibatasi, terlebih dengan membawa anak-anak. Kehadiran telehealth juga telah menjadi solusi bagi masyarakat saat ini, termasuk para orang tua yang ingin berkonsultasi dengan dokter dan memberikan penanganan pertama bagi anak.
Selain menantang bagi para orang tua, pembatasan aktivitas fisik bisa berpengaruh pada kesehatan mental anak. Saat ini, para orang tua juga dituntut untuk bisa mengenali tanda ketika sang anak mengalami tekanan emosional karena pandemi.
Chief of Medical Halodoc, dr Irwan Heriyanto, mengatakan, kesehatan mental pada anak masih kerap terabaikan karena gejalanya yang tidak mudah untuk dikenali. "Sebagai orang tua, Anda bisa mulai mengajak anak untuk berbicara tentang apa yang mereka rasakan dalam membantu menjaga kesehatan mental mereka," ujar Heriyanto.
Berikut setidaknya tujuh tanda-tanda stres pada anak yang patut dikenali orang tua di tengah pandemi Covid-19:
1. Rewel dan lekas marah, lebih mudah terkejut dan menangis, dan lebih sulit untuk dihibur.
2. Tertidur dan lebih sering terbangun pada malam hari.
3. Kecemasan perpisahan, tampak lebih melekat, menarik diri, atau ragu-ragu untuk mengeksplorasi.
4. Memukul, frustrasi, menggigit, dan amukan yang lebih sering atau intens.
5. Hilangnya minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.
6. Perubahan nafsu makan, berat badan atau pola makan, seperti tidak pernah lapar atau makan sepanjang waktu.
7. Masalah dengan memori, pemikiran, atau konsentrasi.
Selama masa pandemi Covid-19, orang tua diminta tetap tenang dan bijak dalam memproteksi anak. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk memberikan perlindungan tambahan bagi buah hati di rumah. Apa saja itu?
1. Membatasi anak melakukan aktivitas di luar rumah dan menghindari kerumunan di ruang publik.
2. Jika terpaksa membawa anak keluar rumah, anak berusia 2-18 tahun wajib menggunakan masker dan menerapkan jarak fisik dua meter dengan orang-orang lainnya. Jika memungkinkan, kenakan face shield sebagai bentuk perlindungan maksimal.
3. Berikan pengertian kepada anak untuk tidak terlalu sering memegang mulut, mata, dan hidung. Jika baru pulang dari luar rumah, segera mandi dan bersihkan barang-barang.
4. Jauhkan anggota keluarga yang sakit dari anak. Bila perlu lakukan isolasi pada anak untuk menjauhkan diri dari kerabat yang sedang sakit itu dan menghindari risiko paparan penyakit.