Ontario Kucurkan Rp 4,3 M Perangi Islamofobia di Sekolah
Seorang guru mengatakan banyak Islamofobia di sekolah berasal dari guru.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Muslim di kota London, Ontario, Kanada mengatakan investasi provinsi itu dalam rencana untuk menantang Islamofobia di seluruh sektor pendidikan merupakan langkah yang sudah benar. Menurut mereka, masih banyak yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah sistemik dan masalah umum di sekolah-sekolah.
Menteri Pendidikan Stephen Lecce mengumumkan pada Selasa (29/6), Ontario akan bermitra dengan dua organisasi Muslim dan menghabiskan 300 ribu dolar AS atau sekitar Rp 4,35 miliar untuk memerangi Islamofobia di sekolah. Investasi ini merupakan upaya lanjutan atas insiden kejahatan kebencian yang terus menargetkan Muslim dan terus meningkat.
Langkah itu dilakukan setelah sebuah keluarga Muslim di London menjadi sasaran tabrak lari pada 6 Juni. Polisi menyebutkan insiden tersebut bermotivasi kebencian.
Aruba Mahmud, seorang guru pemasok di Dewan Sekolah Distrik Thames Valley, mengatakan meskipun dia senang mendengar tentang pendanaan tersebut, tetapi kepatuhan itu perlu diamanatkan di seluruh provinsi. "Saya sangat senang akhirnya terlihat kebutuhan untuk mendanai pendidikan semacam ini yang sangat dibutuhkan," kata Mahmud dilansir dari ABNA, Kamis (1/7).
Dari dana tersebut, 225 ribu dolar AS akan diarahkan ke Asosiasi Muslim Kanada untuk menciptakan sumber daya digital bagi pendidik, siswa dan orang tua untuk meningkatkan kesadaran tentang Islamofobia. Sementara sisanya akan diberikan kepada Dewan Nasional Muslim Kanada untuk membantu pendatang baru menavigasi negara dan membantu siswa baru mempersiapkan diri untuk sekolah di musim gugur.
Data Statistik Kanada menunjukkan peningkatan 253 persen dalam kejahatan rasial yang dilaporkan polisi, yang menargetkan Muslim di seluruh negeri antara 2012 dan 2015.
"Perlu ada pelatihan yang berfokus pada Islamofobia dalam pengembangan profesional. Saya mengatakan itu karena banyak Islamofobia di sekolah berasal dari guru, tidak selalu dengan sengaja, tetapi penelitian telah menunjukkan (itu)," kata Mahmud.
Hooriya Ansari, yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Oakridge dan menjadi presiden Asosiasi Pelajar Muslim, lahir dan besar di London, Ontario. Ia bersekolah di tiga sekolah dasar negeri dan kerap menjadi sasaran bullying.
"Saya satu-satunya yang mengenakan jilbab di sekolah dan itu benar-benar membuat saya merasa terisolasi," kata Ansari.
Ansari mengatakan penting bagi provinsi untuk mendukung organisasi yang lebih kecil untuk mencapai dampak yang lebih luas dalam mengatasi Islamofobia.