Sekjen PBB Desak Militer Myanmar Bebaskan Aung San Suu Kyi

Myanmar membebaskan lebih dari 2.000 tahanan pada Rabu (30/6).

AP/Markus Schreiber
Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak militer Myanmar untuk membebaskan Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint. Hal itu diungkapkan Guterres sehari setelah otoritas militer Myanmar membebaskan ribuan tahanan yang ditangkap karena menentang kudeta.

Baca Juga


"Kami mengulangi seruan kami untuk segera membebaskan semua orang yang ditahan secara sewenang-wenang, termasuk Presiden Win Myint dan anggota dewan negara bagian Aung San Suu Kyi," kata juru bicara Guterres, Eri Kaneko.

Myanmar membebaskan lebih dari 2.000 tahanan pada Rabu (30/6). Mereka ditahan atas tuduhan penghasutan karena ikut berpartisipasi dalam aksi protes. Sebagian besar penentang militer telah ditahan, dan beberapa diantaranya dijatuhi dihukum, di bawah undang-undang yang terkait penyebaran berita palsu. 

“Kami tetap sangat prihatin atas berlanjutnya kekerasan dan intimidasi, termasuk penangkapan sewenang-wenang, oleh aparat keamanan,” kata Kaneko.

Jurnalis Amerika Serikat (AS) yang ditahan, Daniel Fenster tampak kehilangan berat badan. Kasus Fenster atas tuduhan penghasutan ditunda di pengadilan Myanmar hingga 15 Juli. Fenster ditahan di bandara internasional utama pada Mei saat dia bersiap untuk meninggalkan Myanmar.

Wakil direktur Asia Human Rights Watch, Phil Robertson, mengatakan, penahanan berkelanjutan terhadap Fenster sangat keterlaluan dan d harus dibebaskan. “Pelaporan independen tentang apa yang terjadi di lapangan di Myanmar tidak boleh dianggap sebagai kejahatan,” ujarnya. 

Ratusan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di kota terbesar Myanmar Yangon pada Kamis (1/7), dan membakar seragam militer. Mereka juga meneriakkan seruan demokrasi setelah militer melakukan kudeta, da  menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

"Apa yang kita inginkan? Demokrasi! Demokrasi!"  teriak pengunjuk rasa saat mereka berlari melalui jalan-jalan sambil menyemburkan asap berwarna-warni.

"Untuk rakyat! Untuk rakyat," teriak mereka.

 

Para demonstran membakar seragam militer sebelum bubar. Aksi protes ini merupakan yang terbesar di Yangon. Hingga berita ini diturunkan, juru bicara militer tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Militer Myanmar telah menghadapi protes dan pemogokan yang melumpuhkan sektor publik serta swasta. Selain itu, militer Myanmar juga menghadapi kebangkitan konflik di perbatasan. Otoritas militer telah mencap lawan mereka sebagai teroris.  

Pada Rabu (30/6), otoritas militer membebaskan lebih dari 2.000 tahanan yang ditahan sejak kudeta. Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan, lebih dari 6.400 orang telah ditangkap sejak kudeta. Sementara jumlah korban tewas mencapai lebih dari 880.

Rencana pembebasan tahanan muncul sehari setelah pemerintah militer Myanmar menjatuhkan dakwaan terhadap 24 selebriti yang telah dinyatakan buron, karena terlibat dalam aksi pembangkangan sipil yang menentang kudeta.  Aktor, olahragawan, influencer media sosial, dokter, dan guru termasuk di antara ratusan orang yang terdaftar sebagai buronan karena menentang militer yang.

Beberapa dari 120 selebriti yang dicari termasuk penyanyi Lin Lin dan Chit Thu Wai, aktor Phway Phway, Eaindra Kyaw Zin dan Pyay Ti Oo dan model May Myat Noe.  Aktor dan model Paing Takhon, yang terkenal di Myanmar dan Thailand, ditangkap pada bulan April. Sementara aktor Pyay Ti Oo dan istrinya Eaindra Kyaw Zin menyerahkan diri. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler