Taliban Enggan Ciptakan Pertempuran di Kota-Kota Afghanistan
IHRAM.CO.ID, KABUL – Kelompok Taliban mengatakan enggan menciptakan pertempuran di kota-kota Afghanistan. Saat ini, Taliban diketahui mulai merebut dan menguasai kembali sejumlah wilayah di Afghanistan.
“Sekarang pertempuran dari pegunungan dan gurun telah mencapai pintu kota. Mujahiddin tidak ingin pertempuran di dalam kota,” kata pemimpin senior Taliban, Amir Khan Mutaqqi, dalam sebuah pernyataan yang dirilis juru bicara kelompok tersebut lewat akun Twitter pribadinya pada Selasa (13/7), dilaporkan laman Aljazirah.
Mutaqqi menyarankan agar pasukan Afghanistan menjalin negosiasi dengan komisi undangan dan bimbingan Taliban yang diketuai olehnya. Hal itu agar terdapat kesepakatan yang bisa mencegah hancurnya kota-kota di negara tersebut.
Dalam pernyataan terpisah, Taliban mengkritik keputusan Turki memberikan keamanan ke bandara Kabul saat pasukan Amerika Serikat (AS) meninggalkan Afghanistan. “Keputusan itu keliru, pelanggaran kedaulatan, dan integritas territorial kami, serta bertentangan dengan kepentingan nasional kami,” katanya.
Menurut Kementerian Pengungsi dan Repatriasi Afghanistan, serangkaian serangan Taliban dalam dua pekan terakhir telah menyebabkan 5.600 warga di sana meninggalkan rumahnya. Kebanyakan dari mereka berada di wilayah utara Afghanistan. Wilayah tersebut merupakan benteng tradisional sekutu AS dan didominasi etnis minoritas.
Taliban juga dilaporkan telah mengepung daerah Kandahar di selatan dan Badghis di utara. Di ibu kota Kabul, warga telah mencemaskan potensi serangan Taliban. Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan sistem pertahanan roket telah disiagakan di kota tersebut.
AS, Rusia, Cina, dan Pakistan telah memperingatkan Taliban agar tidak mencoba meraih kemenangan militer. Sebab hal itu bakal membuat kelompok tersebut menjadi paria internasional.
Taliban mulai melancarkan serangan ke sejumlah wilayah di Afghanistan setelah AS menarik pasukannya dari negara tersebut. Pada Februari tahun lalu, Taliban dan AS telah terlebih dulu menyepakati perjanjian damai. Salah satu poin kesepakatan adalah personel militer AS dan sekutu NATO-nya harus hengkang dari Afghanistan dalam 14 bulan jika Taliban memenuhi komitmennya. Itu menjadi salah satu kondisi yang hendak diciptakan Taliban sebelum memulai pembicaraan dengan Pemerintah Afghanistan.
Meski sempat terhenti, saat ini perundingan damai intra-Afghanistan masih bergulir. Konflik Afghanistan dengan Taliban telah berlangsung selama dua dekade, yakni sejak 2001. Peperangan tersebut diperkirakan telah memakan setidaknya 47.600 korban jiwa.